Dia menjelaskan bahwa Tradisi Ngerebeg merupakan warisan turun temurun yang dilaksanakan sehari menjelang puncak piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Adat Tegalalang yang jatuh enam bulan sekali pada Wraspati Umanis Pahang (210 hari sistem penanggalan Bali).
Tradisi Ngerebeg dilaksanakan oleh para pemuda dengan wajah dihiasi aneka motif menyeramkan lalu melakukan arak-arakan keliling desa sambil membawa berbagai hiasan penjor dari pelepah salak dan pelepah daun jaka atau aren.
Made Kumarajaya mengatakan selain sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tradisi Ngerebeg juga bermakna sebagai penetralisir pengaruh negatif dan untuk kesejahteraan masyarakat.
Tradisi Ngerebeg juga mampu dijadikan sebagai daya tarik wisata sehingga banyak wisatawan mancanegara yang akan datang berkunjung ke Desa Adat Tegalalang.***