Putri Koster Ingatkan Calon Ibu Cegah Stunting Penting dari Ancaman KEK

28 Juli 2022, 10:30 WIB
Putri Koster saat didaulat sebagai narasumber dalam dialog interaktif program BAHTERA di Studio TVRI Bali, pada Rabu, 27 Juli 2022. /Dok. Humas Pemprov Bali

RINGTIMES BALI - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali melaksanakan sosialisasi rutin terintegrasi dengan Dinas Kesehatan dalam rangka menumbuhkan kesadaran calon ibu untuk merawat kesehatan tubuhnya sejak dini.

Hal tersebut bertujuan agar saat menikah dan hamil nantinya terbebas dari ancaman Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Sosialisasi berkelanjutan melalui media massa tersebut merupakan dukungan Provinsi Bali terhadap program nasional untuk menekan angka penderita stunting dengan cara mengingatkan calon ibu bahwa mencegah stunting sejak dini itu penting.

KEK bisa terjadi akibat pola makan yang tidak teratur bahkan bisa juga akibat konsumsi obat-obatan diet yang terlalu aktif.

Baca Juga: Grand Inna Bali Beach Lakukan PHK Masal, 137 Karyawan Menolak

"Saya sebagai ibu dari Masyarakat Bali tidak akan pernah lelah untuk meminta kepada semua remaja putri mulai menjaga pola makan, pola tidur atau istirahat yang cukup sekaligus meminimalisir penggunaan gadget,” kata Putri Koster.

Menurutnya, hal-hal tersebut secara tidak sadar dapat memberikan efek negatif pada ketahanan tubuh terhadap perkembangan fisik dan juga mental.

Jika menjaga dan menyadari pentingnya hidup sehat, maka sebagai kaum perempuan sudah menolong diri sendiri untuk melahirkan generasi yang sehat ke depannya.

Hal itu dijelaskan Putri Koster saat didaulat sebagai narasumber dalam dialog interaktif program BAHTERA di Studio TVRI Bali, pada Rabu, 27 Juli 2022.

Baca Juga: Giri Prasta Hadiri Upacara Nyekah Masal di Desa Adat Baturiti

Dilihat secara nasional, Bali menduduki tingkat terendah untuk stunting yang bertengger di angka 10,9 %.

Namun dari sembilan Kabupaten/Kota di Bali, masih terdapat 4 Kabupaten yang mencatat tingginya angka stunting di wilayahnya.

Adapun 4 kabupaten tersebut yaitu Karangasem dengan tingkat penderita balita stunting sebanyak 22,9%.

Disusul Kabupaten Klungkung dengan tingkat stunting sebanyak 19,4%, kemudian Kabupaten Jembrana sebanyak 14,3%, dan Kabupaten Bangli mencatat 11,8% angka stunting pada 2021 lalu.

Baca Juga: Rentetan Gempa Bumi Guncang Karangasem Bali, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Stunting tidak hanya terjadi saat dalam kandungan yang diakibatkan kurangnya asupan bergizi ibu saat hamil atau kekurangan energi kronis (KEK) saat hamil.

Namun, I Nyoman Gede Anom selaku Kadis Kesehatan Provinsi Bali menjelaskan stunting atau gagal tumbuh kembang anak harus dicegah saat 1000 hari pertama bayi tersebut dilahirkan.

Bahaya stunting juga terjadi akibat kurang informasi kesehatan yang dimiliki seorang ibu atau calon ibu dan juga suaminya.

Sehingga, konsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak teratur juga menjadi penyebab gagalnya tumbuh kembang bayi yang lahir.

Baca Juga: Ketua TP PKK Sagung Antari Jaya Negara Dukung Perayaan Hari Anak Nasional di Kota Denpasar

"Makanan sehat dan bergizi itu bukan hanya sekedar makanan yang enak di lidah, namun dia harus sehat dan memenuhi gizi yang lengkap bagi kebutuhan tubuh kita,” kata Putri Koster.

Ia mengingatkan agar jangan salah memilih makanan seperti yang banyak mengandung pengawet dan penyedap agar mudah dicerna oleh organ tubuh dan tentunya tidak berbahaya.

Nyoman Gede Anom menambahkan, bahwa stunting yang baru diketahui saat anak berusia 2 tahun, harus tetap dirawat dengan baik dan mendapatkan perhatian lebih.

"Namun jika sudah berada pada posisi penanganan tentu kita harus siap dengan perhatian ekstra bagi si anak dan kita juga harus siap dengan dampak yang ditimbulkan akibat stunting, baik itu gagal tumbuh kembang pada fisik, kemampuan otak bahkan akan terjadi gangguan metabolik atau munculnya penyakit seperti stroke, diabetes, jantung dan lainnya," katanya.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Pemprov Bali

Tags

Terkini

Terpopuler