Kenali 3 Faktor Risiko Alzheimer atau Demensia pada Remaja dan Dewasa Muda

6 Juni 2022, 15:20 WIB
Ilustrasi faktor alzheimer atau demensia pada remaja dan dewasa muda. /PIXABAY/Peggy_Marco

RINGTIMES BALI - Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit Alzheimer?

Jika tidak, pada kesempatan kali ini kita akan membahas penyakit alzheimer yang mungkin masih asing bagi sebagian orang.

Penyakit alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang sering menyebabkan demensia.

Baca Juga: Cara Terbaik Mengatasi Insomnia Menurut Peneliti

Umumnya gangguan ini menyerang orang yang berusia 60-an atau lebih. Namun, bukan berarti remaja bisa lepas dari penyakit alzheimer.

Faktanya banyak kasus remaja mengidap alzheimer. Namun tahukah Anda apa yang menjadi penyebab atau faktor risiko penyakit ini?

Dilansir dari Mindbodygreen, penelitian menemukan tiga faktor risiko yang dideteksi pada usia remaja atau awal 20-an.

Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Daya Ingat yang Efektif Menurut Beberapa Ahli

Hasil Penelitian Alzheimer's Association International 2020, menemukan bahwa kesehatan jantung, indeks massa tubuh, dan kualitas pendidikan bisa mempengaruhi kesehatan otak seseorang.

Bahkan membantu mendeteksi demensia sejak dini.

Mereka juga menemukan jika orang kulit hitam secara tidak proporsional dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, sehingga dua kali lebih rentan mengalami demensia jika dibandingkan orang kulit putih.

Baca Juga: 8 Tanda Quarter Life Crisis, Fenomena Krisis Seperempat Abad

"Penelitian seperti ini penting dalam mengatasi ketidakadilan kesehatan dan menyediakan sumber daya yang bisa memberikan dampak positif pada kehidupan seseorang," kata Maria Carrillo, Ph.D., kepala petugas sains untuk Alzheimer's Association.

Berikut cara peneliti menentukan setiap faktor terukur

1. Kesehatan jantung

Dari data Studi of Health Aging in African Americans (STAR) peneliti menemukan remaja, dewasa muda, pria dan wanita paruh baya dengan dua atau lebih risiko kesehatan jantung, lebih mungkin mengalami penurunan kognitif di kemudian hari.

Baca Juga: Kenali Penyebab Anxiety Attack hingga Cara Pencegahannya

Untuk mengujinya, peneliti melakukan tes memori dan fungsi eksekutif secara langsung.

Hasilnya, tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan tahun sejak faktor risiko diukur.

Menurut laporan tersebut, orang Afrika-Amerika berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular daripada kelompok ras dan etnis lainnya.

Baca Juga: Self Harm, Kenali Tanda dan Penyebabnya, Salah Satunya Karena Stres

Untuk mengatasi kesenjangan kesehatan ini, sebaiknya di awal masa remaja coba lakukan beerbagai hal yang dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan otak.

2. Indeks massa tubuh (BMI)

Setelah menganalisis dua penelitian yang berbeda dengan lebih dari 5.000 orang dewasa, mereka yang memiliki BMI tinggi di awal masa dewasa lebih mungkin mengalami demensia di kemudian hari.

Wanita dengan indeks massa tubuh yang tinggi, hampir dua kali lebih mungkin.

Baca Juga: 5 Manfaat Menangis, Salah Satunya Bisa Hilangkan Racun pada Tubuh

Sedangkan BMI yang lebih tinggi di usia paruh baya tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia.

3. Kualitas pendidikan

Untuk mengetahui bagaimana pendidikan berperan dalam alzheimer atau demensia, para peneliti menganalisis lebih dari 2.400 orang.

Mereka mempelajari dari kualitas pendidikan, melihat usia wajib sekolah, usia putus sekolah minimum, lama masa sekolah, rasio siswa-guru, dan kehadiran.

Baca Juga: 4 Gejala Awal Stres yang Sering Dirasakan Anak Muda

Hasilnya peserta yang menerima kualitas pendidikan yang lebih rendah mengalami kehilangan memori dan keterampilan bahasa yang lebih besar ketika mereka menua.

Para ilmuwan menduga orang yang menerima pendidikan lebih baik sejak dini mungkin lebih mudah untuk melanjutkan pendidikan di kemudian hari.

Untuk menghindari alzheimer, sebaiknya orang tua mulai mempertimbangkan untuk mendidik anak tentang kebiasaan gaya hidup sehat.

Baca Juga: Soal UAS PAT Matematika Kelas 7 Semester 2 Prediksi Terbaru 2022 Full Kunci Jawaban dan Pembahasan

Seperti tetap aktif secara fisik, mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi yang bisa membantu mengurangi penyakit jantung, obesitas tinggi, dan mendukung kesehatan otak.***

 

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler