Masalah-masalah semacam itu bisa jadi badai untuk kesehatan mental remaja-remaja hari ini. Pandemi sudah berjalan hingga hampir satu tahun di Indonesia.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Psikologi yang Sering Terjadi pada Remaja
Beban-beban remaja masihlah sama seperti sebelum pandemi. Ada remaja yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pekerja kreatif, kerja di kantoran, membahagian orang tua, dan banyak lagi harapan-harapan kecil pembangun semangat hidup.
Munculnya Kecemasan dan Depresi
Umur-umur remaja 20 hingga 25 tahun merupakan umur yang cemerlang. Remaja pada rentang umur tahun itu sedang dalam masa ekspansi dalam hidupnya.
Mereka akan mengenal orang-orang baru, lingkungan baru, kegiatan baru, dan beberapa hal yang menyangkut sudut pandang, cara berpikir, serta memutuskan suatu hal.
Baca Juga: Daftar Olahraga Terbaik untuk Kesehatan Mental, Terjun Payung Paling Ekstrem
Secara pandemi, mungkin semua itu tidak benar-benar berhenti. Teknologi membantu kita berkomunikasi dengan orang lain.
Tapi masih ada pengalaman lama yang hilang, interaksi secara langsung dapat membuat orang lebih memperhatikan hal-hal kecil di sekitarnya dan mulai belajar memahami.
Masalah-masalah lain yang hadir saat pandemi menyebabkan munculnya ketidakpastian, lalu ada kecemasan serta perasaan kehilangan. Semua itu bisa berujung depresi dan membahayakan kesehatan mental remaja.