RINGTIMES BALI – Anak berusia muda memiliki beban mental yang berat di era pandemi seperti ini. Seseorang yang kehilangan aktivitas rutinnya menjadikan mereka mudah cemas dan mulai depresi.
Pandemi virus corona belum berhenti dan hampir menginjak umur satu tahun di Indonesia. Akibatnya banyak kegiatan-kegiatan remaja yang akhirnya dibatasi.
Pandemi membuat beberapa fasilitas umum, kegiatan sosial, dan area kerja harus ditutup. Sekolah, kantor, tempat olahraga, dan pembatasan bersosial harus dilakukan oleh semua orang.
Baca Juga: Kesepian Ternyata Dapat Menyebabkan Gangguan Mental hingga Penyakit Kronis
Pembatasan tersebut bisa semakin berat untuk para remaja. Usia remaja merupakan usia paling baik untuk melakukan interaksi sosial, mengembangkan minat bakat, berolahraga, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan.
Bagaimanapun, usia remaja memiliki keindahaannya masing-masing. Sebelum mengenal pernikahan dan keluarga, kebebasan yang didapatkan anak muda atau remaja hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup.
Sebuah survei di Amerika Serikat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mendapatkan hasil bahwa 63 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun mengalami gejala cemas atau depresi.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Makanan Sehat untuk Mengatasi Stres hingga Depresi
25 persen dari remaja tersebut mengonsumsi obat untuk meredakannya dan 25 persen lainnya mengatakan dengan serius soal keinginan bunuh diri.