Situasi Flu Burung H5N1 Mengkhawatirkan, WHO Kerja Sama dengan Kamboja

- 25 Februari 2023, 13:30 WIB
Ilustrasi. Kasus flu burung H5N1 di Kamboja yang saat ini berstatus mengkhawatirkan.
Ilustrasi. Kasus flu burung H5N1 di Kamboja yang saat ini berstatus mengkhawatirkan. /Reuters/China Daily

RINGTIMES BALI - World Health Organization (WHO) bekerja sama dengan pihak berwenang Kamboja setelah dua kasus flu burung H5N1 yang dikonfirmasi ditemukan pada satu keluarga di negara tersebut.

Situasi di negara Kamboja berstatus mengkhawatirkan, karena peningkatan kasus flu burung H5N1 pada burung dan mamalia baru-baru ini.

“WHO sedang meninjau penilaian risiko globalnya sehubungan dengan perkembangan terakhir,” kata Dr Sylvie Briand, Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi Pandemi Kamboja, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 24 Februari 2023.

Otoritas Kamboja pada Kamis, 23 Februari 2023 melaporkan kematian seorang gadis berusia 11 tahun karena flu burung  H5N1 dan mulai menguji 12 kontaknya. Ayahnya, yang menunjukkan gejala, juga dinyatakan positif terkena virus.

Baca Juga: Satu Tahun Rusia Invansi Ukraina, China Serukan Dimulainya Perdamaian dan Penyelesaian Krisis

"Situasi global H5N1 mengkhawatirkan, mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia termasuk manusia," kata Briand.

"WHO mengambil risiko dari virus ini dengan serius dan mendesak kewaspadaan tinggi dari semua negara," sambungnya.

Briand menambahkan, belum jelas apakah ada penularan dari manusia ke manusia, yang merupakan alasan utama untuk fokus pada kasus di Kamboja.

Atau jika kedua kasus tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sama, yang mengakibatkan kemungkinan kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi atau hewan lain.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Landa Negara Bagian Tengah Amerika Serikat

Strain baru H5N1, clade 2.3.4.4b, muncul pada tahun 2020 dan telah menyebabkan rekor jumlah kematian pada unggas liar dan unggas domestik dalam beberapa bulan terakhir. Itu juga telah menginfeksi mamalia, meningkatkan kekhawatiran global.

Namun, tidak seperti wabah H5N1 sebelumnya, yang telah ada selama lebih dari dua dekade, subtipe ini tidak menyebabkan penyakit yang signifikan pada manusia.

Sejauh ini, hanya sekitar setengah lusin kasus telah dilaporkan ke WHO pada orang yang memiliki kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, dan sebagian besar ringan.

WHO mengatakan akan meningkatkan upaya kesiapsiagaan, dan mencatat bahwa ada antivirus yang tersedia, serta 20 vaksin pandemi berlisensi jika situasinya berubah.

Baca Juga: Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Jelajah Strategis Baru

Namun, mereka harus diperbarui agar lebih cocok dengan garis keturunan H5N1 yang bersirkulasi jika diperlukan.

Direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk Studi Ekologi Influenza pada Hewan dan Burung di Rumah Sakit Anak St Jude, Richard Webby mengatakan hal itu bisa memakan waktu empat hingga lima bulan.

Sementara itu, beberapa vaksin yang dikumpulkan akan tersedia.

Laboratorium yang berafiliasi dengan WHO sudah memiliki dua jenis virus flu yang terkait erat dengan virus H5N1 yang beredar, yang dapat digunakan produsen untuk mengembangkan suntikan baru jika diperlukan.

"Pertemuan global para pakar flu awal pekan ini menyarankan pengembangan jenis lain yang lebih cocok dengan H5N1 clade 2.3.4.4b," kata Webby.***

Cek berita lainnya dari Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

 

Editor: Jero Kadek Wahyu Baratha

Sumber: Channelnewsasia.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah