Pelaku prosesi (pengereh) hendaklah memenuhi syarat umum dan khusus, serta lulus kualifikasi kesehatan fisik dan mental.
Agar dapat menjadi pengereh maka seseorang harus memiliki kesiapan mental, keberanian, kebersihan pikiran dan badan, serta memiliki lascarya (pasrah, tulus, dan ikhlas).
Seorang pengereh akan diuji atau mendapati gegodan (gangguan niskala) untuk mengetahui apakah ia bisa bertahan dan berhasil melakukan ritual tersebut atau malah melarikan diri yang berarti gagal.
Keberhasilan seorang pengereh dalam melakoni Ritual Ngereh ditandai dengan adanya gulungan api atau tiga bola api yang datang menghampiri kemudian masuk ke dalam petapakan Ida Bhatara Rangda.
Ritual Ngereh biasanya berhubungan dengan upacara sakral lainnya seperti Pasupati, Ngatep, dan Mintonin.
Ngereh artinya memusatkan pikiran dengan mengucapkan mantra dalam hati sesuai dengan tujuan yang bersangkutan.
Sedangkan, Pasupati artinya kekuatan dari Dewa Siwa, Ngatep artinya mempertemukan, dan Mintonin menurut Bahasa Jawa Kuno artinya mempertemukan atau menampakkan diri.
Baca Juga: Gus Baha Sarankan Tak Usah Khawatir Soal Rezeki, Begini Penjelasannya
Menurut kepercayaan orang Hindu di Bali, Ritual Ngereh dilakukan di kuburan karena tempat tersebut dipercayai sebagai tanda pemujaan terhadap Dewi Durga Bhirawi (Dewanya Kuburan).