Pada puncak gelombang kedua, krematorium ini membakar sekitar dua lusin jenazah setiap hari.
"Kami bekerja siang dan malam, 24 jam sehari kami tidak tidur sama sekali selama seminggu," ungkapnya.
Para pekerja tidak hanya dapat beristirahat, mereka juga tidak dapat menggunakan perlindungan yang memadai. Di lokasi suhu sekitar 100 derajat celcius (212 Fahrenheit).
Baca Juga: Kematian Akibat Infeksi Covid-19 Dunia Meningkat, India Masih Jadi yang Terbanyak
"Jadi saat kita memakai APD kit, kita juga akan merasakan panasnya ya? Jadi tidak mungkin bekerja memakai APD," kata petugas krematorium lainnya dari komunitas Dalit.
Pekerja krematorium yang merupakan komunitas marjinal lainnya mengatakan bahwa risiko Covid selalu ada.
"Itu konstan, di 20-25 mayat, ada sekitar 17-20 pasien Covid-19," kata Deepak yang mengaku telah bekerja di krematorium ini selama 27 tahun.
Dan dia meminta pemerintah untuk berbuat lebih banyak.
Meskipun mereka bekerja di garis depan, Deepak dan rekan kerjanya tidak mungkin mendapatkan vaksin dalam waktu dekat.
Sebagian karena pemerintah pusat tidak benar-benar menganggap mereka sebagai pekerja garis depan.