Peningkatan Produktivitas Pertanian Diperkirakan Mampu Cegah Inflasi

18 Maret 2023, 07:22 WIB
Ilustrasi inflasi/ /Pixabay/Tumisu

RINGTIMES BALI- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan, penting dilakukan untuk memperkuat stabilitas harga dan ketahanan pangan.

Dalam acara High Level Event Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Jawa Timur tahun 2023 yang digelar di Surabaya, ia menjelaskan antara pangan dan kedaulatan bangsa Negara itu saling ‘nyekrup’.

Hal tersebut juga erat kaitannya dengan upaya pengendalian inflasi pangan, Khofifah mengatakan bahwa Pemprov Jatim punya sejumlah strategi dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan di Jatim pada 2023.

Baca Juga: Kapan PIP Kemdikbud 2023 Cair? Simak Informasi Terbaru dan Cara Daftarnya

Pertama yaitu dengan menggunakan varietas unggul atau benih dengan produksi tinggi, tahan kering, tahan banjir, bermutu, dan berumur genjah.

Kedua, penggunaan pupuk secara berimbang dalam hal ini tepat mutu, tempat, harga, ukuran, jenis, dan waktu.

Lalu yang ketiga, adanya optimalisasi infrastruktur pertanian, diantaranya pengelolaan jaringan irigasi dan sumber daya air.

Strategi yang keempat yaitu penyesuaian pola tanam atau pengelolaan tanaman pangan, dan yang kelima penekanan susut hasil padi melalui optimalisasi alsintan (alat dan mesin pertanian) modern pasca panen yang harus terus ditingkatkan.

Baca Juga: Jual Beli Thrifting Impor Dilarang Pemerintah, Kemenkop UKM: Penjual Akan Di-blacklist

“Penggunaan alsintan modern ini dapat semakin meningkatkan produktivitas petani dan nilai tambah produk petani. Salah satunya combine harvester. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hilangnya produktivitas gabah saat panen,” ujar Khofifah, dilansir dari Antara Sabtu, 18 Maret 2023.

Sementara itu, pemprov Jatim melakukan digitalisasi pertanian (digital farming) melalui program SiJago (Sistem Informasi Jatim Agro).

Sistem ini berupa sistem informasi yang ditujukan untuk input data, pengolahan, dan penyajian pada komoditas pokok pertanian di Jatim.

Lebih lanjut dijelaskan Khofifah bahwa program ini terdiri dari virtual expo, supply chain, virtual office, dan directory business to business serta layanan lain seperti website berjejaring yang dapat digunakan secara gratis dan harapannya mampu memajukan pertanian.

Baca Juga: KPK Gelar Penyidikan Kasus Dugaan Korupsi Bansos, 6 Pejabat Tak Diizinkan ke Luar Negeri

Menurut data BPS, produksi gabah dan beras pada 2020 sampai 2022 di Jatim merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Adapun total produksi di Jatim pada tahun 2022 mencapai 9,69 juta ton GKG, dengan indeks NTP diatas 100, hal ini yang mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan produsen pangan atau petani.

Sementara itu Khofifah menjelaskan dari sisi permodalan berharap agar petani bisa mendapatkan permodalan khusus grace period.

Periode ini adalah kelonggaran waktu atau masa tenggang dalam melakukan cicilan awal serta pelunasan pinjaman pokok maupun bunga dalam jangka waktu tertentu.***

Cek berita lainnya dari Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

 

Editor: Jero Kadek Wahyu Baratha

Tags

Terkini

Terpopuler