5 Bahaya Rokok Elektronik, Nomor 4 Sering Diabaikan

- 8 Maret 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi vape yang membahayakan kesehatan tubuh.
Ilustrasi vape yang membahayakan kesehatan tubuh. /PIXABAY/sarahjhonson1/

RINGTIMES BALI - Penelitian menunjukkan bahwa ratusan orang mengalami sakit yang parah setelah menggunakan rokok elektronik. Alat ini pertama kali diperkenalkan tahun 2007.

Rokok elektronik atau vape adalah alat penghirupan aerosol yang bekerja dengan memanaskan cairan dan menghasilkan uap.

Uap ini mengandung nikotin dan zat legal atau ilegal lainnya, termasuk tetrahydrocannabinol (THC), yakni bahan aktif dalam ganja.

Baca Juga: Mengapa Rokok Berbahaya? Mengapa Perlu Ada Stiker Mengerikan di Kemasan Rokok?

Sedangkan cairan yang dipanaskan mengandung partikel halus, minyak, dan bahan kimia beracun.

Dilihat dari kandungan pada cairan dan uapnya, terlihat bahwa rokok elektronik terbilang berbahaya untuk digunakan.

Dilansir Ringtimes Bali dari thehealthy, terdapat beberapa bahaya dari rokok elektronik, diantaranya:

Baca Juga: Peningkatan Tekanan Darah dan Jantung Bisa Terjadi Akibat Konsumsi Rokok Elektrik

1. Ketagihan

Nikotin yang terkandung dalam rokok elektronik sangat adiktif.

Di mana dapat menyebabkan rasa ketagihan ataupun ketergantungan bagi penggunanya.

Penelitian menemukan bahwa rokok elektronik dapat memberikan lebih banyak nikotin per inhalasi daripada rokok tradisional.

Dalam hal ini, jumlah nikotin dalam satu isapan dari rokok elektronik lebih besar dibanding dalam satu isapan dari rokok biasa.

Meski dipasarkan dalam bentuk varian rasa, tapi rokok elektronik tetap mengandung nikotin yang dapat berbahaya bagi tubuh.

Baca Juga: Bahaya Rokok Sudah Tembus Paru-Paru, Dokter Tirta: Kena Covid-19 Auto Masuk ICU

2. Risiko Kanker Paru-paru

Sebagaimana rokok biasa, rokok elektronik juga memberikan dampak buruk bagi sistem pernapasan.

Salah satunya ialah dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Awalnya, pengguna rokok elektronik akan mengalami gejala mirip asma, seperti batuk dan mengi.

Selanjutnya, gejala ini berkembang semakin buruk menjadi penyakit paru-paru.

Ditemukan bahwa beberapa rokok elektronik mengandung diacetyl.

Yakni bahan kimia yang dapat menyebabkan kondisi paru-paru yang langka dan serius yang disebut bronchiolitis obliterans.

Baca Juga: Yuk Berkenalan dengan Rokok Elektrik dan Bahayanya Bagi Kesehatan

3. Risiko Penyakit Jantung

Kandungan nikotin pada rokok elektronik dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung, aliran darah ke jantung, hingga penyempitan arteri.

Lebih parah lagi, rokok elektronik dapat mengakibatkan pengerasan dinding arteri, atau arteriosklerosis yang sangat berisiko serangan jantung.

Penelitian juga menemukan bahwa selain serangan jantung, rokok elektronik juga dapat meningkatkan risiko stroke.

Hal ini disebabkan oleh nikotin yang menyerang pembuluh darah, di mana dapat memengaruhi laju aliran darah ke otak.

Baca Juga: Lebih Bahaya Vape atau Rokok, Ini Penjelasannya

4. Kematian

Menurut survei yang diadakan di Amerika, ditemukan puluhan kasus kematian yang diakibatkan oleh rokok elektronik.

Dalam hal ini, kematian disebabkan oleh adanya sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

Meskipun sebagian besar kasus kematian terjadi di kalangan anak muda, tapi tidak menutup kemungkinan untuk mengakibatkan hal yang sama bagi lansia.

Terlebih lansia tentu sudah berkurang kekuatan fisiknya.

Baca Juga: 4 Kondisi Tubuh Ketika Bebas dari Kecanduan Rokok

5. Tidak Lebih Baik dari Rokok

Sebagian besar pengguna rokok elektronik adalah mereka yang berhenti menggunakan rokok tradisional.

Mereka berdalih bahwa rokok elektronik lebih sedikit dampak buruknya dibanding rokok biasa.

Sebaliknya, anggapan ini tidak benar sama sekali. Sebab rokok elektronik pun mengandung nikotin, bahkan jumlahnya lebih banyak dalam satu isapan, sebagaimana penjelasan nomor 1.

Dalam hal ini, bagi mereka yang belum pernah merokok lalu mencoba rokok elektronik dapat memberi efek yang lebih berbahaya.

Sebab mereka akan terpancing untuk merokok, di mana candu yang diakibatkan rokok tradisional lebih buruk dan akan sangat sulit untuk berhenti.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: The Healthy


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x