Simak Remaja yang Rawan Mengalami Gangguan Kesehatan Mental, Khususnya Saat Pandemi

- 22 Februari 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi wanita yang sedang depresi
Ilustrasi wanita yang sedang depresi /RyanMcGuire/Pixabay

RINGTIMES BALI – Anak berusia muda memiliki beban mental yang berat di era pandemi seperti ini. Seseorang yang kehilangan aktivitas rutinnya menjadikan mereka mudah cemas dan mulai depresi.

Pandemi virus corona belum berhenti dan hampir menginjak umur satu tahun di Indonesia. Akibatnya banyak kegiatan-kegiatan remaja yang akhirnya dibatasi.

Pandemi membuat beberapa fasilitas umum, kegiatan sosial, dan area kerja harus ditutup. Sekolah, kantor, tempat olahraga, dan pembatasan bersosial harus dilakukan oleh semua orang.

Baca Juga: Kesepian Ternyata Dapat Menyebabkan Gangguan Mental hingga Penyakit Kronis

Pembatasan tersebut bisa semakin berat untuk para remaja. Usia remaja merupakan usia paling baik untuk melakukan interaksi sosial, mengembangkan minat bakat, berolahraga, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan.

Bagaimanapun, usia remaja memiliki keindahaannya masing-masing. Sebelum mengenal pernikahan dan keluarga, kebebasan yang didapatkan anak muda atau remaja hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup.

Sebuah survei di Amerika Serikat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mendapatkan hasil bahwa 63 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun mengalami gejala cemas atau depresi.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Makanan Sehat untuk Mengatasi Stres hingga Depresi

25 persen dari remaja tersebut mengonsumsi obat untuk meredakannya dan 25 persen lainnya mengatakan dengan serius soal keinginan bunuh diri.

Dikutip dari ABC News, seorang profesor, Dr. Shekhar Saxena dari Harvard School of Public Health menjelaskan bahwa anak muda lebih rawan mengalami gangguan kesehatan mental.

“Dampak kesehatan mental dari pandemi jauh lebih besar dirasakan oleh orang dewasa yang lebih muda (remaja),” ujar Shekhar.

Baca Juga: Daftar Olahraga Terbaik untuk Kesehatan Mental, Terjun Payung Paling Ekstrem

“Angka-angka yang kami peroleh dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir dua pertiga orang dewasa muda (remaja) memiliki beberapa gejala kecemasan atau depresi atau masalah psikologis lainnya," imbuhnya.

National Alliance on Mental Illnes mengatakan bahwa 50 persen dari semua penyakit mental berada di rentang usia 14 tahun dan 75 persen di usia 24 tahun.

Saat-saat pandemi memaksa beberapa orang harus berdiam diri di rumah dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan interaksi sosial.

Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Setelah Putus Cinta

Belum lagi masalah-masalah yang muncul terkait kualitas hidup. Banyak orang-orang kehilangan pekerjaan dan mendadak sakit karena terkejut ataupun adaptasi yang kurang baik dalam masa pandemi.

“Banyak orang kehilangan pekerjaan. Beberapa orang berpenghasilan jauh lebih sedikit daripada sebelumnya. Ada ketidakpastian di mana dan apa yang akan terjadi besok, remaja akan lebih mengkhawatirkan hal tersebut karena orientasi kualitas hidup mereka,” ujar Shkehar.

Tidak dipungkiri bahwa beban-beban yang dipikirkan oleh remaja hari ini masih sama seperti sebelum pandemi.

Baca Juga: 5 Kesalahan Orang Tua Yang Bisa Merusak Mental Anak, Kenali Sekarang Juga

Hanya saja, keadaan pandemi memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, kekhawatiran dan kecemasan di dalam kepala masih sama.

Seperti hidup yang lebih baik, menikah, membahagiakan orang tua, dan berbagai harapan-harapan lain.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: ABC News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah