Anak Muda Bisa Terkena Risiko 'The Silent Killer', Yuk Kenali dan Cegah Hipertensi Sejak Dini

- 29 November 2020, 11:20 WIB
Anak Muda Bisa Terkena Risiko 'The Silent Killer' Yuk Kenali dan Cegah Hipertensi Sedari Dini
Anak Muda Bisa Terkena Risiko 'The Silent Killer' Yuk Kenali dan Cegah Hipertensi Sedari Dini /pixabay/

RINGTIMES BALI - Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Seringkali, mereka yang mengidap tidak menunjukkan gejala, dan baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.

Mungkin ada yang belum tahu apa itu Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi, penyakit ini adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

The Silent Killer

Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap tekanan darah tinggi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari penyakit ini.

Baca Juga: Cara Praktis Cegah Kegemukan, Berikut Deretan Penyakit Akibat Obesitas

Hasil Riskesdas 2013 dan studi di Puskesmas, diketahui bahwa hanya sepertiga penderita penyakit ini sekitar 36,8% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.

Rupanya prevalensi tekanan darah di Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkannya sudah barang tentu menjadi masalah kesehatan masyarakat dan segera mendapat perhatian dari Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus ini di masyarakat belum terdiagnosis.

Baca Juga: Ini Lokasi Nyeri pada Gangguan Jantung, Cek Sebelum Terlambat

Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia anak muda 18 tahun ke atas ditemukan prevalensinya di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat penyakit ini.

Itu berarti 76% kasus di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.

Untuk mengelola penyakit tekanan darah termasuk penyakit tidak menular lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:

Baca Juga: Anak Kembali ke Sekolah, Orang Tua harus Kenali Beda Flu atau Covid-19, Simak di Sini

- Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini secara aktif (skrining)

- Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu PTM

- Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas;

1. Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

Baca Juga: 10 Herbal Ini Ampuh Turunkan Tekanan Darah Tinggi untuk Atasi Hipertensi, Patut Dicoba!

2. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat.

Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti:

- diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah

- rendah garam dan lemak

- rajin melakukan aktivitas

- tidak merokok

Baca Juga: Cek Fakta Gula Sebabkan Diabetes, Simak Penjelasannya

Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.

Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan yang tepat serta minum obat teratur, agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung.

Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit ini dapat terkendali dengan baik.

Baca Juga: Kontrol Diabetes Anda dengan 16 Makanan Terbaik Ini, Salah satunya Telur

Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.***

 

 

 

 

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x