Dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital.
“Kalau begitu apa yang perlu diatur? Menurut saya satu adalah pengamanan operasionalnya bagi bank maupun nasabah. Dua, dengan digital seperti ini jangkauannya akan jadi lebih luas, bahkan mungkin borderless, sementara masing-masing negara kan punya kebijakan tentang tax. Kemudian kalau penduduk antar negara itu bisa ber-banking secara online seperti ini bagaimana perpajakannya? Itu juga salah satu hal yang perlu diatur,” ujarnya.
Saat ini BRI sebagai lembaga keuangan dengan jangkauan terluas di Indonesia telah memulai langkah pelayanan secara hybrid untuk masyarakat.
Salah satu contohnya, layanan secara daring bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo.
Baca Juga: BRI Raih Penghargaan Best Overall The 12th Corporate Governance Awards 2021
Melalui platform tersebut, pengajuan kredit dan pembukaan rekening baru di BRI bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit.
“Konversi BRI menjadi bank digital secara mendadak memiliki resiko yang besar. Untuk itu, BRI memilih tetap menjalankan fungsinya sebagai bank konvensional, namun proses bisnisnya didigitalkan. Sedangkan untuk layanan bank digital, tidak di BRI-nya langsung, namun melalui BRI Agro,” tuturnya.
Perusahaan anak BRI ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dan cukup agile untuk jadikan digital attacker – digital bank,”.***