Satu Tahun Rusia Invansi Ukraina, China Serukan Dimulainya Perdamaian dan Penyelesaian Krisis

- 25 Februari 2023, 11:12 WIB
Ilustrasi Satu tahun perang antara Rusia dan Ukraina, China yang menyerukan perdamaian dan menyelesaikan krisis.
Ilustrasi Satu tahun perang antara Rusia dan Ukraina, China yang menyerukan perdamaian dan menyelesaikan krisis. /Alexander Ermochenko/REUTERS/

RINGTIMES BALI - Sudah satu tahun Rusia meinvansi Ukraina. Kementerian Luar Negeri China pada 24 Februari pagi mengeluarkan dokumen dengan 12 poin, pada dokumen tersebut China memaparkan posisinya terhadap penyelesaian politik krisis Ukraina.

24 Februari Menandai Peringatan Pertama Invasi Rusia ke Ukraina

Rilis dokumen itu terjadi sehari setelah Majelis Umum PBB menyetujui resolusi pada Kamis, 23 Februari 2023 yang menuntut Rusia untuk menarik pasukannya dan mengakhiri pertempuran di Ukraina.

“Resolusi itu disahkan dengan 141 suara mendukung dan 32 abstain,” tulis Reuters pada halaman webnya, dikutip, Jumat, 24 Februari 2023.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Landa Negara Bagian Tengah Amerika Serikat

Menghentikan Permusuhan & Melanjutkan Pembicaraan Damai

Makalah yang dirilis oleh China memberikan ringkasan tentang berbagai saran perdamaian, tetapi tampaknya mendukung non-eskalasi perang, lapor Wall Street Journal (WSJ).

China pertama-tama menyerukan untuk menghormati kedaulatan semua negara sesuai dengan hukum internasional, serta meninggalkan Mentalitas Perang Dingin.

Mengakui bahwa tidak ada solusi sederhana untuk masalah yang rumit, dokumen tersebut menganjurkan arsitektur keamanan Eropa yang stabil.

Dokumen tersebut juga menekankan bahwa semua pihak harus mendukung Rusia dan Ukraina dalam melanjutkan dialog langsung sesegera mungkin untuk meredakan situasi.

Baca Juga: Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Jelajah Strategis Baru

Tertulis juga bahwa dialog dan negosiasi adalah satu-satunya solusi yang layak untuk krisis saat ini dan bahwa China siap untuk memfasilitasi dan memainkan peran yang konstruktif.

Kekhawatiran Kemanusiaan

Reuters juga mendesak lebih banyak dukungan untuk operasi kemanusiaan dan perlindungan warga sipil di zona konflik.

Poin penting lainnya adalah ekspresi penentangannya terhadap serangan bersenjata terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir dan pengulangan penggunaan senjata nuklir dalam keadaan apa pun.

Itu juga menyerukan diakhirinya sanksi sepihak, fasilitasi ekspor biji-bijian dan menjaga stabilitas ekonomi dunia.

Baca Juga: Hari ini Pemerintah Pakistan Naikan Pajak Impor Barang Mewah

Gambar pembawa damai

Menurut laporan lain oleh Reuters, Rencana perdamaian itu rupanya juga dibahas selama kunjungan diplomat tinggi China Wang Yi ke Moskow pada Selasa, 21 Februari 2023.

Ukraina telah menyatakan antisipasi terhadap proposal perdamaian tersebut tetapi mengatakan bahwa sebelum mengambil kesimpulan apapun, pertama-tama akan memeriksanya secara menyeluruh.

Menurut Financial Times, China berusaha untuk mencapai keseimbangan yang tidak nyaman dan menggambarkan dirinya sebagai kekuatan besar non-blok dalam perang yang paling tepat untuk menjadi pembawa damai.

Namun, WSJ mencatat bahwa beberapa tetap berhati-hati terhadap saran perdamaiannya karena kemitraan "tanpa batas" antara Rusia dan China.

Baca Juga: Tambang Batu Bara di China Runtuh, Telan 6 Korban Jiwa dan 47 Orang Belum Ditemukan

Pada periode awal konflik, China juga menolak untuk secara langsung mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, lebih memilih untuk mempertahankan posisi netral.***

Cek berita lainnya dari Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

Editor: Jero Kadek Wahyu Baratha

Sumber: mothership.sg


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x