Inggris di Tengah Badai Strikes Out, Ekonomi Lumpuh?

- 23 Februari 2023, 13:59 WIB
Ilustrasi Inggris di Tengah Badai Strikes Out.
Ilustrasi Inggris di Tengah Badai Strikes Out. /niekverlaan/Pixabay

RINGTIMES BALI - London mengalami gelombang Strikes Out terbanyak pada 2022. Ini masih berlanjut pada awal Februari 2023 lalu. Strikes Out (demo mogok massal) berlangsung di London, dan daerah lain.

Gelombang protes diwarnai oleh banyak kalangan, mulai siswa, mahasiswa, pekerja buruh, pekerja swasta, guru, dosen, polisi, dokter, pengacara, petugas transportasi, dan banyak lainnya.

Berlangsung ratusan tahun, Strikes Out ini diinisiasi oleh beberapa kalangan, dengan inti utama: mengkritik kebijakan pemerintah. Semua hal dikritik. Disampaikan di forum terbuka, dan diselesaikan dengan damai.

Baca Juga: Programmer Asal Belarusia Ditangkap Polsek Denpasar Selatan, Bawa Ganja di Pantai Sanur

Strikes Out tidak memiliki struktur organisasi. Bahkan tidak ada ketua umum, sekretaris, dan susunan lainnya. Semua murni iktikad masing-masing kalangan. Bergerak sesuai kesepakatan dan tujuan akhir.

Demo mogok massal ini memiliki dampak tersendiri. Seluruh sektor lumpuh. Dan sebagian besar diliburkan bahkan dialihkan ke Work From Home (WFH).

Masyarakat umumnya berespons biasa saja dan menganggap ini perlu diadakan sewaktu-waktu. Bukti demokrasi itu hidup, dan harapan agar pemerintah sadar bahwa kebijakannya salah besar.

Baca Juga: Perang Ukraina: Kepala PBB Antonio Guterres Mengutuk Invasi Rusia.

Terstruktur, sistematis dan masif. Ini rincian inti aksi Strikes Out di berbagai daerah di Inggris. Bisa berlangsung 2 hari, 3 hari, bahkan 1 minggu.

Halaman:

Editor: Annisa Fadilla


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x