RINGTIMES BALI – Selama pelaksanaan KTT G20, Bali menjadi sorotan dunia dikala pagelaran pertemuan ekonomi dunia itu digelar.
Pelaksanaan KTT G20 diharapkan menjadi motor laju perekonomian Bali yang sempat vakum selama pandemi covid 19.
Diketahui Bali sangat tergantung akan sektor Pariwisata sebagai pendapatan ekonomi tertinggi.
Baca Juga: Digelar Minggu, Konser Amal 'Salam Satu Jiwa' Hadirkan Sejumlah Musisi Tanah Air
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, Produk domestik regional bruto Bali diukur atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 62,5 triliun pada triwulan III tahun 2022.
Dari nilai tersebut, sebesar Rp 11,53 triliun atau 18,43 persen PDRB Bali berasal dari sektor penyediaan akomodasi makan dan minum.
Kontribusi ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor lainya.
Baca Juga: 980 Anggota Polda Bali Dapat Kenaikan Pangkat Periode 1 Januari 2023, Berikut Rinciannya
Sektor yang menduduki peringkat pertama adalah pertanian yakni mencapai Rp 9,26 triliun atau 14,81 persen.
Dilanjut sektor konstruksi sebesar Rp 6,99 triliun atau 11,18 persen dan perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 5,84 triliun atau 9,28 persen.
Sedangkan sektor yang berkontribusi kecil terhadap perekonomian Bali adalah pengadaan air bersih, pengelolaan limbah yakni sebesar Rp 121,94 miliar atau 0,19 persen.
Baca Juga: Hilang Hampir Sebulan, Bocah Perempuan Korban Penculikan Ditemukan di Gerobak Pelaku
Selanjutnya sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp 143,59 miliar atau 0,23 persen. Serta pertambangan dan penggalian Rp 584,49 miliar atau 0,93 persen.
Sektor transportasi dan fasilitas akomodasi mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan III tahun 2022.
Sedangkan sektor jasa pendidikan, informasi dan komunikasi serta administrasi pemerintahan mengalami kontraksi.
Dilansir dari laman Bali.bps.go.id, berikut ini rincian pertumbuhan tahunan PDRB Bali berdasarkan sektornya.
1. Transportasi dan Pergudangan: 35,37% (yoy)
2. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum: 25,69 (yoy)
3. Pengadaan Listrik dan Gas: 22,46 (yoy)
4. Jasa Perusahaan: 13,89 (yoy)
5. Jasa lainnya: 13,55 (yoy)
6. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang: 11,5 (yoy)
7. Jasa Keuangan dan Asuransi: 9,64 (yoy)
8. Perdagangan Besar dan Eceran: 8,2 (yoy)
9. Total PDRB: 8,09 (yoy)
Baca Juga: Ingin Lihat Optimisme Pedagang di Tahun 2023, Jokowi Tinjau Pasar Tanah Abang
10. Konstruksi: 7,63 (yoy)
11. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: 2,44 (yoy)
12. Real Estat: 2,21 (yoy)
13. Pertambangan dan Penggalian: 2,18 (yoy)
14. Industri Pengolahan: 2,01 (yoy)
15. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial: 1,65 (yoy)
16. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib: -0,18 (yoy)
17. Informasi dan Komunikasi: -0,77 (yoy)
18. Jasa Pendidikan: -4,75 (yoy)
Penjelasan : yoy merupakan (year on year).***