Network
RINGTIMES BALI - Kolaborasi merupakan cara cepat bagi PT PLN (Persero) untuk transisi energi fosil menuju energi bersih (green energy).
Kolaborasi tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, ketika sesi kedua yang digelar bersamaan dengan G20.
Prasodjo menjelaskan kolaborasi itu terkait dengan dukungan biaya yang dibutuhkan, agar transisi energi bisa terealisasi dengan cepat.
Baca Juga: Polda Jawa Timur Berhasil Tangkap 8 Orang Diduga Joki UTBK SBMPTN, Pendapatan Sampai Rp6 Miliar
Dikutip pada laman Antaranews, Prasodjo menyampaikan bahwa butuh investasi kurang lebih 500 miliar dolar AS untuk menjalankan proyek transisi energinya.
Selain itu PLN juga membutuhkan pinjaman biaya dengan bunga rendah, kerangka kebijakan dan kolaborasi proyek untuk merealisasikan transisi energinya.
Rencananya PLN akan membangun pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) sebanyak 51,6 persen dari tambahan pembangkit baru.
Baca Juga: Enam Mahasiswa Terbukti Palsukan Tanda Tangan, Hakim: Mencurigakan
"Kami sadar ini semua belum cukup. PLN juga mengakui tidak bisa melakukan semua ini sendiri, karena itu jalan keluarnya dengan kolaborasi bersama," ucap Prasodjo.
Dirinya menambahkan bahwa usaha yang dilakukan ini akan menurunkan emisi karbon yang akan berdampak secara global.
Sisi lain, di acara yang sama Menteri Kemaritiman menyampaikan bahwa mendukung penuh, kolaborasi untuk mempercepat transisi energi.
Baca Juga: Lansia 65 Tahun Alami Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Puputan, Denpasar Selatan
Proyek transisi energi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teknologi dan bisa menjadi investasi untuk membuka lapangan pekerjaan, yang semuanya sejalan dengan cita-cita untuk penurunan emisi.***
