Network
RINGTIMES BALI - Berikut 10 poin klarifikasi Habib Abdul Qadir bin Hadi Al Haddar Banyuwangi yang mencium tangan Gus Thuba.
Sempat viral sebelumnya video Habib Abdul Qadir Banyuwangi mencium sosok ulama yang jauh lebih muda darinya, Gus Thuba yang kemudian banyak dikomentari warganet.
Dalam video tersebut nampak tangan Gus Thuba disahut tangannya oleh Habib Abdul Qadir yang kemudian dicium.
Baca Juga: Pengendara Mobil Alami Kecelakaan Tunggal Tabrak Pohon di Pinggir Jalan
Namun Gus Thuba terlihat santai berdiri berbincang sambil menghisap rokoknya sesekali.
Viralnya video tersebut membuat cucu Gus Miek dari jalur Gus Robert itu banyak dihujani komentar miring karena dinilai tidak punya adab terhadap Habib yang usianya jauh lebih tua.
Mendengar hal tersebut, Habib Abdul Qodir bin Hadi akhirnya memberi klarifikasi terkait kejadian tersebut.
Dilansir dari Thread akun Twitter @sayid_machmoed yang diunggah pada Minggu, 22 Mei 2022, berikut 10 poin klarifikasinya atas video viral dengan Gus Thuba.
1. Orang yang mencaci-maki Gus Thuba adalah orang yang usil dan tidak beradab
2. Habib Abdul Qadir mencium tangan karena senang dan sayang
3. Habib Abdul Qadir suka duduk bersama dengan Gus Thuba
4. Gus Thuba memimpin hafidzul Qur'an dengan jamaah yang sangat banyak
5. Anak-anak Habib Abdul Qadir menyarankan supaya Habib tidak menanggapi sikap usil (komentar buruk) orang-orang terhadap Gus Thuba
Baca Juga: Surat Al Waqiah Ayat 35-38 Arab, Latin, dan Terjemahan Lengkap, Bidadari untuk Golongan Kanan
6. Habib Abdul Qadir kenal Gus Thuba sejak beliau masih anak-anak, saat masih merangkak, main sepeda, dan sampai sekarang
7. Habib Abdul Qadir tidak suka kalau ada yang berkata buruk terhadap Gus Thuba
8. Orang yang hatinya bagus dan berpikir akhirat tidak akan mempersoalkan penampilan Gus Thuba yang demikian
9. Gus Thuba itu anggun, bukan sombong, memang penampilannya begitu
10. Gus Thuba masih mempunyai silsilah pada Rasulullah Saw.
Klarifikasi tersebut seolah memberikan pelajaran kepada kita agar tidak berkomentar terhadap sesuatu dari dhohir-nya, namun kita harus tahu asbabul wurud konteksnya.***
