Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia Akan Bertemu Pertama Kalinya Sejak Invasi

- 10 Maret 2022, 16:40 WIB
Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia akan bertemu untuk pertama kali sejak invasi.
Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia akan bertemu untuk pertama kali sejak invasi. /Kantor berita TASS/

RINGTIMES BALI – Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia akan bertemu untuk pertama kali sejak invasi pertama kali dimulai.

Ukraina dan Rusia seperti yang diketahui tengah berkonflik, terhitung sejak 24 Februari 2022.

Terhitung sudah 15 hari lamanya, Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia akan bertemu untuk pertama kalinya.

Baca Juga: WHO Khawatirkan Pengungsi Akan Rentan Tinggalkan Ukraina Pasca Serangan Rusia

Dilansir dari lama Reuters, Menteri Luar Negeri dari Rusia dan Ukraina akan bertemu di Turki pada hari Kamis.

Dalam pembicaraan pertama diantara kedua negara ini sejak Moskow menginvasi tetangganya.

Dan Ankara (ibukota Negara Turki) sebagai lokasi pertemuan, dimana mereka diharapkan dapat menemui titik balik dalam konflik yang berkecamuk saat ini.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba telah meredam ekspektasi untuk terjadinya kesepakatan.

Baca Juga: Soal UTS Tema 6 Kelas 4 Cita-Citaku Lengkap Jawaban dan Pembahasan Terbaru 2022

Kesepakatan akan gencatan senjata atau hasil lainya dari pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, di sela-sela forum diplomasi di provinsi selatan Turki, Antalya.

Turki yang merupakan anggota NATO telah berulang kali menawarkan untuk menengahi konflik antara kedua pihak.

Dan akan menjadi tuan rumah bagi dua diplomat teratas mereka, setelah berminggu-minggu upaya mediasi oleh kekuatan dunia.

Kuleba mendesak Lavrov untuk melihat pembicaraan ini "dengan itikad baik, dan bukan dari perspektif propaganda."

Baca Juga: Seorang Pemedek Terpeleset saat Perjalanan Mendak Tirta di Pura Telaga Mas Karangasem

Moskow telah menyatakan siap untuk melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Tetapi semua tuntutannya harus dipenuhi untuk mengakhiri serangannya.

Termasuk tuntutan bagi Kyiv untuk mengambil posisi netral dan membatalkan aspirasi untuk bergabung dengan aliansi NATO.

Delegasi dari kedua negara telah mengadakan tiga pembicaraan sebelumnya, dua kali di Belarus dan satu kali di Ukraina.

Meskipun ada tanda-tanda positif mengenai aturan kemanusiaan, negosiasi tersebut berdampak kecil.

Baca Juga: Download Lagu Death Breath dari Bring Me The Horizon MP3 MP4 Kualitas HD Plus Lirik, Sekali Klik

Di sisi lain, Moskow menyebut serangannya ini sebagai ‘operasi militer khusus’ untuk melucuti senjata Ukraina dan mengusir para pemimpin yang disebutnya ‘neo-Nazi.’

Kyiv dan sekutu baratnya menganggap hal tersebut sebagai dalih tak berdasar. Dalih untuk perang tak beralasan melawan negara demokratis berpenduduk 44 juta orang.

Menyatukan Lavrov dan Kuleba menandai ‘langkah yang semakin maju.’

‘Dan dapat meningkatkan diplomasi di tingkat yang lebih tinggi di Moskow’, kata Mustafa Aydin, profesor di Universitas Kadir Has di Istanbul dilansir dari Reuters.

Baca Juga: Resmi Mulai 8 Maret 2022, Pengguna Moda Tranportasi Udara hingga Darat Tak Perlu Tes Rapid Antigen-PCR

Turki sendiri berbagi perbatasan maritim dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam dan memiliki hubungan baik dengan keduanya.

Namun Ankara menyebut invasi Rusia tidak dapat diterima dan menyerukan gencatan senjata mendesak, tetapi menentang sanksi terhadap Moskow.

Di sisi lain, Turki dan Israel meningkatkan dorongan mereka untuk melakukan mediasi.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengumumkan gencatan senjata dalam pembicaraannya pada hari Minggu.

Baca Juga: Sabtu Besok 3.000 Peserta Vaksinasi Berkesempatan Dapat Doorprize dari Polsek Denbar

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett juga mengadakan pembicaraan dengan Putin di Moskow pada akhir pekan, dan kemudian berbicara juga dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah