Biaya Bahan Bakar Tinggi, KEPCO Mengalami Kerugian Operasional

25 Februari 2023, 18:24 WIB
Ilustrasi KEPCO Mengalami Kerugian Operasional. /Pixabay/Alex Barcley/

RINGTIMES BALI - Utilitas yang dikelola negara Korea Selatan yakni Korea Electric Power Corp (KEPCO) mengatakan bahwa kerugian operasionalnya lebih dari lima kali lipat dalam setahun untuk mencapai rekor tertinggi tahun lalu karena biaya bahan bakar yang lebih tinggi dan kenaikan tarif listrik yang terbatas.

Kerugian operasionalnya mencapai 32,63 triliun won pada tahun 2022, dibandingkan dengan 5,85 triliun won setahun sebelumnya, kata perusahaan itu dalam pengajuan peraturan.

Ini adalah angka tahunan terbesar yang pernah dicatat perusahaan sejauh ini, dan rekor sebelumnya dibuat pada tahun 2021.

Baca Juga: Sekretaris Jadi Tersangka, KPU Badung Rekomendasi Pelaksana Tugas

Penjualan tumbuh 17,5 persen, yang berarti dalam satu tahun menjadi 71,27 triliun won karena permintaan yang lebih besar.

Namun perseroan mengalami kerugian akibat melambungnya harga BBM dunia, sementara terpaksa membatasi tarif listrik di tengah upaya pemerintah meredam tingginya harga konsumen dan inflasi.

Berdasarkan data pemerintah, harga gas alam cair global meningkat lebih dari dua kali lipat dalam setahun menjadi 1.564,8 won per ton tahun lalu, dan harga batu bara lunak juga melonjak menjadi $359 per ton pada tahun 2022 dari $139,1 tahun sebelumnya.

Baca Juga: Lakukan Test Motor, Bupati Bangli Resmikan Sirkuit Dragrace Desa Landih

Pada kuartal keempat saja, kerugian operasional mencapai 10,77 triliun won, juga tertinggi sepanjang masa, kata perusahaan itu.

Tahun lalu, KEPCO menaikkan tarif listrik tiga kali lipat dan menaikkan tarif untuk kuartal pertama tahun ini.

Kenaikkan tarif listrik pada kuartal pertama tahun 2023 sebesar 13,1 won per kilowatt jam, kenaikan kuartal terbesar yang pernah dilakukan.

Baca Juga: Bali Berhasil Raih Peringkat ke 2 dari 10 Destinasi Terpopuler Dunia, Kalahkan London dan Paris

Ini berarti bahwa empat orang rumah tangga yang menggunakan sekitar 307 kilowatt jam harus membayar rata-rata sekitar 4.022 won lebih per bulan.

Kenaikan ini telah diumumkan pada bulan Desember tahun lalu oleh Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Lee Chang.

“Mulai kuartal kedua, kami berencana untuk memutuskan apakah akan menaikkan tarif lebih lanjut atau tidak dengan meninjau secara komprehensif harga energi global, inflasi, situasi ekonomi domestik, dan situasi keuangan perusahaan milik negara,” jelasnya.

Baca Juga: Sunada Minta Masyarakat Bali Tak Perlu Khawatir Masalah Stok Beras

Lee juga mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk membekukan harga gas pada kuartal pertama tahun 2023 terutama karena harga diperkirakan akan memberatkan bahkan tanpa kenaikan bagi orang-orang selama musim dingin.

"Untuk tarif gas, kami berencana untuk membekukan tarif pada kuartal pertama tahun depan dan akan meninjau apakah akan menaikkan tarif pada kuartal kedua," kata Lee dikutip dari laman Koreaherald pada 25 Februari 2023.

Setelah kerugian yang semakin besar, KEPCO telah menerapkan serangkaian tindakan penyelamatan diri, termasuk restrukturisasi bisnis di luar negeri, penjualan properti, dan langkah pemotongan biaya lainnya senilai gabungan 14,3 triliun won selama lima tahun ke depan.***

 

Cek berita Internasional lainnya di Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler