China Kehabisan Stok Monyet untuk Eksperimen Lab, Harganya yang Mahal Jadi Pemicu

25 Mei 2021, 18:59 WIB
China kehabisan stok monyet untuk eksperimen lab /Dok. Xinhua/Liu Dawei

RINGTIMES BALI – Sejak tahun lalu, Jiangsu Johnsen Bioresource Co Ltd,  telah menerima lebih banyak telepon dari kontak bisnis baru yang ingin membeli monyet dan anjing Beagle untuk eksperimen ilmiah. Tetapi stoknya telah habis dipesan oleh para pelanggan.

"Tidak ada yang tersisa - semuanya terjual habis," kata Zhang, ketua Jiangsu Johnsen Bioresource Co Ltd, sesuai kutipan Ringtimesbali.com dari laman sixthtone.com pada 25 Mei 2021.

Hal ini disebabkan oleh masalah pasokan akibat covid-19 dan perlombaan global untuk mengembangkan vaksin.

Baca Juga: Pilot Israel Akui Bombardir Gedung di Gaza karena Frustasi Sulit Kalahkan Hamas

Sebelum obat baru bisa masuk pasar, salah satu langkah awal yang harus dilalui adalah uji keamanan yang dilakukan pada hewan.

Monyet adalah salah satu jenis hewan lab utama yang digunakan dalam eksperimen ini, karena secara biologis mereka mirip dengan manusia.

Monyet juga digunakan untuk penelitian dasar tentang berbagai bidang seperti virus, penyakit, dan neurologi, serta penelitian biologi mutakhir ke dalam bidang-bidang seperti sel induk dan pengeditan gen.

Baca Juga: Tangkap Ratusan Warga Palestina di Israel, Gadis Kecil Ini Memohon Sambil Menangis Kakaknya Tidak Dibawa

Penelitian menggunakan monyet dapat menjawab pertanyaan penelitian mendasar yang gagal ditangani oleh penelitian tentang hewan pengerat.

Zhao Shengli, sekretaris Asosiasi Pembiakan dan Pengembangan Primata Laboratorium China (CLPBADA), menjelaskan bahwa harga monyet lab telah melonjak dari 15.000 Yuan atau sekitar Rp33 juta per monyet pada akhir 2016 menjadi 62.000 Yuan atau sekitar Rp138 juta saat ini dan harganya terus mengalami kenaikan.

Standar yang tinggi untuk monyet juga menjadi kendala, sebab dibutuhakn waktu yang lumayan lama yakni hingga delapan tahun untuk mendapatkan monyet kualitas tinggi untuk digunakan dalam penelitian di lab.

Dalam proses perawatan monyet diperlukan tenaga profesional untuk mengetahui gerak-gerik hewan sehingga dapat diterjemahkan menjadi bahasa manusia hal inilah pemicu mahalnya harga monyet.

Baca Juga: Kabar Duka Landa India, 300.000 Warga Meninggal Akibat Covid-19 hingga Kekurangan Vaksin

Akibat pandemi covid 19 pemerintah China juga melarang ekspor monyet dan hal ini memperburuk keadaan dan menyebabkan kelangkaan bagi negara lain.

Dari 26 Januari hingga 29 Juni 2020, CLPBADA mengoordinasikan 3.551 monyet lab untuk menyelidiki dasar tentang virus Corona jenis baru.

“Unit penelitian ilmiah telah memiliki jumlah monyet yang terbatas, dan perdagangan monyet komersial dilarang selama periode epidemi, Kementerian Sains dan Teknologi hanya akan membahas tentang persetujuan perdagangan monyet di fasilitas penangkaran jika terkait dengan COVID-19,” kata Zhang Yuchao, Sekretaris Jenderal CLPBADA.

Baca Juga: Inilah Jumlah Kerugian Perang Gaza dan Isreal Selama 11 Hari

Pada Mei 2020, sebuah studi berjudul ‘Pengembangan Kandidat Vaksin yang Tidak Aktif untuk SARS-CoV-2’ Diterbitkan dalam jurnal Science, menjadi hasil penelitian eksperimental hewan pertama di dunia yang dilaporkan ke dalam novel coronavirus.

Artikel tersebut menyatakan bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech itu aman dan efektif. Eksperimen tim ini dilakukan pada kera rhesus, dan tikus.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Sixthone

Tags

Terkini

Terpopuler