Namun, pada November 2021, pihak Oxford University Press sendiri mengatakan bila akan mengubah entri ‘wanita; dalam kamus dan memasukan deskripsi lebih positif yang diharapkan Ika.
Baca Juga: Bukti Kesetiaan, Pria asal Jepang Berjuang Cari Istri yang Hilang Akibat Tsunami 2011
Hal tersebut pun menuai perhatian dari kritikus dan patriarki Indonesia. Selain itu, kampanye tersebut mendapat dukungan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Kampanye tersebut telah menarik perhatian pada apa yang dikatakan para kritikus sebagai budaya patriarki di negara mayoritas Muslim terbesar di dunia. Ika juga mendapat dukungan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang tahun ini menyerukan revisi.
“Memainkan peran penting dalam membangun nilai-nilai kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan,” ujar salah satu staf Komisi Anti Perempuan.
Baca Juga: Biarawati di Myanmar Berlutut Memohon Supaya Aparat Tidak Sakiti Pengunjuk Rasa
Sebelumnya, di tahun 2018 pada pameran lokakarya di Galeri Nasional Indonesia, Ika dan Yolan Zelekos Siahaya mengangkat isu tentang permasalahan tersebut.
“Kebanyakan orang ketika melihat karya saya ini, mereka kaget. Mereka berkata: 'Saya tidak akan pernah berpikir bahwa kata' wanita 'didefinisikan dalam kamus kami’,” jelasnya.***