Seniman Indonesia Perjuangkan Ganti Kata 'Perempuan' di KBBI

- 12 Maret 2021, 07:45 WIB
Ika Vantiani seniman Indonesia memperjuangkan dalam menggati kata penjelas perempuan di KBBI
Ika Vantiani seniman Indonesia memperjuangkan dalam menggati kata penjelas perempuan di KBBI /Instagram.com/@vantiani

RINGTIMES BALI – Seniman kolase Ika Vantiani menemukan sembilan contoh kata majemuk yang berkaitan dengan ‘wanita’ atau ‘perempuan’ dalam konotasi buruk.

Beberapa contoh yang ditemukan Ika pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni, 'wanita nakal', 'simpanan', 'pelacur', 'wanita jahat' dan masih banyak lagi.

Ika menjelaskan bila kesembilan kata yang berkaitan dengan perempuan atau wanita memiliki sifat seksual dan menghina.

Baca Juga: Imam Besar Masjid Al Aqsa Sheikh Ekrima Sabri Ditangkap Israel, Dituduh Melanggar Aturan

Namun, ketika memasukan kata laki-laki dalam entri kamus, hanya menemukan satu kata yang berkonotasi buruk yakni, ‘laki-laki jemputan’ dengan arti ‘laki-laki yang dipilih sebagai menantu’. Satu kata lain yang mencantumkan istilah ‘pria idaman’ atau heartthrob.

Sejak temuan di tahun 2016, Ika memulai kampanye melalui karyanya untuk perubahan terhadap istilah-istilah tersebut.

Di sisi lain, dirinya juga kerap mengumpulkan edisi KBBI yang disusun resmi oleh pemerintah untuk melihat perkembangan istilah tersebut.

Baca Juga: Diejek saat Interview Kerja, Pria asal Vietnam Jalani 9 Kali Operasi Plastik

“Perempuan jalang, yang ini sebenarnya berarti pelacur. Itulah satu kata yang terus bermunculan di setiap edisi,” ujar Ika dikutip Ringtimesbali.com dari laman Reuters.

“Fokusnya adalah pada contoh-contoh yang menyertakan kata-kata seperti pelacur atau jalang artinya pelacur, wanita yang suka menjual dirinya sendiri, wanita jahat, simpanan,” tambahnya.

Namun, pada November 2021, pihak Oxford University Press sendiri mengatakan bila akan mengubah entri ‘wanita; dalam kamus dan memasukan deskripsi lebih positif yang diharapkan Ika.

Baca Juga: Bukti Kesetiaan, Pria asal Jepang Berjuang Cari Istri yang Hilang Akibat Tsunami 2011

Hal tersebut pun menuai perhatian dari kritikus dan patriarki Indonesia. Selain itu, kampanye tersebut mendapat dukungan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

Kampanye tersebut telah menarik perhatian pada apa yang dikatakan para kritikus sebagai budaya patriarki di negara mayoritas Muslim terbesar di dunia. Ika juga mendapat dukungan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang tahun ini menyerukan revisi.

“Memainkan peran penting dalam membangun nilai-nilai kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan,” ujar salah satu staf Komisi Anti Perempuan.

Baca Juga: Biarawati di Myanmar Berlutut Memohon Supaya Aparat Tidak Sakiti Pengunjuk Rasa

Sebelumnya, di tahun 2018 pada pameran lokakarya di Galeri Nasional Indonesia, Ika dan Yolan Zelekos Siahaya mengangkat isu tentang permasalahan tersebut.

“Kebanyakan orang ketika melihat karya saya ini, mereka kaget. Mereka berkata: 'Saya tidak akan pernah berpikir bahwa kata' wanita 'didefinisikan dalam kamus kami’,” jelasnya.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x