Belum lagi jika si kecil lahir dengan berat badan rendah, tidak diimunisasi, menderita penyakit kronik dan terlambat berobat sehingga maka kondisi ini membuatnya berisiko kehilangan nyawa karena pneumonia.
Baca Juga: eform.bri.co.id/bpum, Cek Nama Penerima BLT UMKM Rp2,4 juta, Ini Syarat dan Daftar Lolos Verifikasi
Dari sisi gejala, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Nastiti Kaswandani pernah mengatakan, pneumonia ditandai sejumlah gejala antara lain demam, batuk dan kehilangan nafsu makan, yang seringkali disalahartikan sebagai selesma dan flu.
Selain gejala itu, penderita juga bisa mengeluhkan sesak napas dan napasnya sangat cepat dari biasanya. Demam yang berlangsung pun bisa berlanjut 2-3 hari.
"Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar Nastiti dalam sebuah talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi", bebarapa waktu lalu.
Baca Juga: Bukan Minum Kopi, Lakukan 5 Cara Ini untuk Hilangkan Kantuk Saat Bekerja
Dia menyarankan, ketika gejala seperti ini muncul, segeralah membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dini dan menyelamatkan nyawanya.
Dari sisi angka kasus, Indonesia termasuk negara dengan penurunan angka kasus pneumonia pada tahun 2019 yakni 153.00 kasus atau lebih rendah 25.000 kasus dibandingkan tahun 2007.
Sementara pada balita jumlah kasusnya mencapai 314.000 atau turun 24.000 kasus sejak tahun 2007.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, BPBD Tetapkan Keadaan Darurat, 1.294 Warga Dievakuasi