Waspada Penyakit Hirschsprung Menyerang Bayi Baru Lahir, Kenali Gejalanya dan Deteksi Dini

- 10 Februari 2021, 11:30 WIB
Waspada Penyakit Hirschsprung Menyerang pada Bayi Baru Lahir, kenali gejalanya dan deteksi dini
Waspada Penyakit Hirschsprung Menyerang pada Bayi Baru Lahir, kenali gejalanya dan deteksi dini /Tawny van Breda/Pixabay/

RINGTIMES BALI - Pernahkan Anda mendengar Penyakit Hirschsprung? Ya, mungkin terdengar sangat aneh di telinga Anda. Ternyata penyakit ini bisa menyerang pada bayi yang baru lahir, simak gejalanya di artikel ini.

dr. Gunadi, Ph.D, SpBA dari Divisi Bedah Ank, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Kesehatan masyarakat dan Keperawatan UGM/RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta menjelaskan ada tiga jenis penyakit Hirschsprung.

Menurutnya tergantung seberapa panjang colon yang terpengaruh sebagaimana dikutip dari video YouTube yang diunggah kanal FK UGM 12 Juli 2018.

Baca Juga: 8 Kesalahan Orang Tua Saat Menyiapkan Susu Bayi, Jangan Gunakan Air Mineral

- Short segment (S-HSCR)
Jika colon yang terpengaruh tidak ada sel gangloinnya sampai kolon signoid

- Long segment lebih (L-HSCR)

Dimana colon yang tidak mempunyai sel gangloin atau persyarafan mencacai lebih dari signoid

- Total Colon Aganglionois (TCA)

Dimana colon yang terpengaruh semakin panjang, semua colon tidak mempunyai sel saraf.

Baca Juga: 7 Penyebab Darah Tinggi, Ternyata Bisa Sebabkan Penyakit Berbahaya Lainnya

Ada 15 Gen yang berpengaruh pada penyakit Hirschsprung, dan hanya mengcover pasien 15 persen pasien ini artinya ada 85 persen belum diketahui terdapat mutasi atau tidak.

Dijelaskannya, saat ini penelitian terkait polymorphism pada populasi Eropa menemukan 1 polymorphism di Gen RET yaitu rs2435357 menunjukkan resiko tinggi terjadinya penyakit Hirschsprung pada 80 persen pada pada pasien di Eropa

Sementara penelitian GWAS study yang dilakukan populasi Hongkong menemukan 2 polymorphism pada Gen NRG1 yaitu rs7835688 dan rs 16879552 merupakan faktor risiko di populasi Hongkong.

Baca Juga: Tanda Bayi Tidak Cocok Susu Formula, Salah Satunya Sesak Nafas


Lantas apakah polymorphism tersebut berlaku menjadi faktor risiko pada populasi Indonesia?

Pihaknya telah melakukan penelitian dan menunjukkan hasil faktor terkuat resiko genetik di populasi Indonesia.

Jika disimpulkan secara mudahnya, menurut KSM Bedah Anak RSUP Dr.Sardjito penyakit Hirschsprung adalah suatu penyakit tidak adanya ganglion saraf parasimpatis pada lapisan mukosa dan submukosa usus besar mulai anus hingga usus di atasnya.

Baca Juga: Cara Mengatasi Batuk Pilek Pada Bayi dengan Obat Tradisional Bawang Putih

Dalam kondisi normal, otot-otot di usus akan memeras dan mendorong feses (kotoran) secara ritmis melalui rektum.

Pada penyakit Hirschsprung, saraf yang mengendalikan otot-otot ini (sel ganglion) hilang dari bagian usus sehingga tinja tidak dapat didorong melalui usus secara lancar.

Panjang bagian yang terkena usus bervariasi pada masing-masing anak. Kotoran akan menumpuk terus di bagian bawah hingga menyebabkan pembesaran pada usus dan juga kotoran menjadi keras kemudian membuat bayi tidak dapat BAB.

Baca Juga: Cara Membuat Otak Anak Cerdas, Perhatikan Kualitas Tidurnya

Jika Anda memiliki bayi dan baru lahir, perhatikan gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini, sebagaimana dikutip Ringtimesbali.com dari sardjito.co.id, Rabu 10 Februari 2021.

- Bayi lahir tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)

- Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir

- Perut menggembung

- Muntah

- Diare encer (pada bayi baru lahir)

- Berat badan tidak bertambah

- Malabsorbsi.

Pada kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian hari. Pada anak yang lebih besar, gejalanya adalah sembelit menahun, perut menggembung dan gangguan pertumbuhan.

Baca Juga: UNICEF Umumkan 371 Ribu Bayi Lahir di Tahun Baru, Cek Indonesia di Urutan Ini

Untuk mendiagnosa penyakit Hirschsprung harus berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Caranya dengan melakukan pemeriksaan colok dubur dengan memasukkan jari tangan ke dalam anus apakah menunjukkan adanya pengenduran pada otot rektum.

Pemeriksaan pendukung yang perlu dilakukan biasanya meliputi rontgen perut untuk melihat pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja.

Baca Juga: 5 Bahan Makanan Peningkat Imun pada Anak untuk Cegah Covid-19

Kemudian kontras enema, manometri anus untuk mengukur tekanan sfingter anus dengan cara mengembangkan balon di dalam rektum dan dilakukan biopsi rektum untuk melihat tidak adanya ganglion selel saraf.

Untuk mencegah penyakit Hirschsprung tergantung pada usia dimana anak didiagnosis dan seberapa baik kondisi anak tersebut.

Sembelit pada beberapa anak dapat dibantu dengan menggunakan irigasi usus, dimana tabung tipis dimasukkan melalui lubang anus anak dan diisi dengan larutan air garam hangat yang dapat melembutkan tinja dan mempermudah untuk mengeluarkan tinja dari usus anak.

Baca Juga: 8 Manfaat Kuning Telur, Salah Satunya Bantu Perkembangan Otak Anak

Semua anak-anak akan memerlukan operasi untuk mengobati penyakit Hirschsprung. Jika seorang anak yang baru lahir dan zona aganlionik usus sangat pendek, dokter mungkin menyarankan operasi pull-through.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: sardjito.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x