Covid-19 Gelombang kedua, Anak Muda Lebih Berisiko terserang virus

1 Agustus 2020, 07:00 WIB
VIRUS Corona mulai mewabah dari Tiongkok, sejak akhir tahun 2019.* /PIXABAY /

RINGTIMES BALI- Tak terasa sudah 5 bulan pasca terjadi penyebaran virus Covid-19 di dunia.

Bukannya makin membaik, virus corona malah tak kunjung lenyap.

Bahkan saat ini manusia dipaksa hidup berdampingan dengan virus covid-19, situasi ini disebut dengan istilah new normal.

Baca Juga: Turnamen Internasional Bulutangkis Tertunda, PBSI Adakan Home Turnament

Tetapi taukah anda bahwa akan ada virus corona yang berbeda dari virus corona yang sebelumnya?

Belum usai dengan virus corona yang pertama, kini dikabarkan aka nada gelombang kedua dari virus corona

Belum usai dengan kasus virus corona gelombang pertama, dikabarkan akan ada gelombang kedua virus corona.

Baca Juga: Covid-19, Indonesia 30 Juli 2020 Bertambah 1.904 per Hari

Presiden terpilih dari Royal Society of Medicine, Profesor Roger Kirby telah memperingatkan bahwa virus corona gelombang kedua yang tak terhindarkan mungkin 'sangat berbeda' dari yang pertama.

Profesor Roger Kirby mengeluarkan peringatan itu saat terungkap bahwa Perdana Menteri Boris Johnson khawatir gelombang kedua Covid-19 akan melanda Inggris dalam waktu dua minggu, dikutip Pikiran-Rakyat.com melalui Mirror.co.uk.

Hal ini dikarenakan mengikuti wabah baru di Spanyol dan negara-negara lain, dengan tanda-tanda menunjukkan kedatangan gelombang kedua di benua Eropa.

Baca Juga: Dua Remaja Belasan Tahun Nekat Mencuri Demi Hidupi Sang Pacar

Artikel ini sebelumnya telah terbit di pikiran-rakyat.com dengan judul Gelombang Kedua Virus Corona Lebih Berisiko untuk Anak Muda, Simak Penjelasan Para Ahli

Profesor Kirby memperingatkan bahwa orang yang lebih muda bisa lebih berisiko ketika virus berubah pada gelombang kedua.

Sementara Covid-19 menyerang lebih banyak orang yang lebih tua, etnis minoritas dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, orang yang lebih muda bisa lebih berisiko, dalam gema pandemi sebelumnya.

Virus corona dikhawatirkan akan seperti Flu Spanyol pada tahun 1918 yang merenggut nyawa 50 juta orang di seluruh dunia.

Baca Juga: Misteri Bau Badan di Ketiak Akhirnya Terpecahkan

Pada Agustus 1918, diharapkan pandemi akan segera berakhir, tetapi kematiannya melonjak lagi pada bulan September hingga November.

Tetapi virus telah berkembang menjadi jenis baru, dan ini menyerang orang muda yang sehat.

Dokter-dokter di Amerika juga dikabarkan takut tren kematian akan serupa dengan yang didokumentasikan dalam Spanish Flu.

Baca Juga: Tak Pernah Pakai Sabun, Akhirnya Dokter di AS Ini Dapat Dukungan Netizen

Dalam pandemi Flu Spanyol, semuanya berakhir pada musim panas 1919.

Realitas brutal saat itu adalah bahwa setiap orang yang tertular virus telah terbunuh, atau telah mengembangkan kekebalan terhadap virus tersebut.***( Kannia Nur Haida Komara/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Moh. Husen

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler