Pada masa lampau, golongan sudra terdiri dari buruh dan petani. Kini, golongan
sudra sudah bekerja di berbagai profesi, mulai dari pejabat negara hingga buruh
kasar.
2. Jenis Kelamin
Orang Bali mengenal tradisi pemberian imbuhan nama untuk mencirikan jenis kelamin, yaitu
awalan : untuk nama anak laki-laki, dan awalan Ni untuk nama anak perempuan. Contoh: I Gede…, Ni Made…, I Dewa…, Ni Nyoman…, dsb.
Bentuk honorifik dari: Ida, digunakan untuk keturunan bangsawan, misalnya: Ida Cokorda. Pada beberapa nama untuk orang berkasta sudra (rakyat jelata), ada yang cocok ditambahkan Luh untuk mengindikasikan perempuan (luh berarti perempuan; dalam bahasa Bali), contoh: Luh Gede…, Luh Made…, Luh Nyoman…, dsb.
Untuk kasta selain sudra, mereka menggunakan kata Ayu (ayu berarti jelita dalam bahasa Bali) daripada Luh contoh: I Gusti Ayu…, Dewa Ayu…, Sang Ayu…, dsb.
Baca Juga: Kader Ricuh, Musda DPD Golkar Jembrana Terpaksa Ditunda
Bagaimanapun, kata Ayu juga dapat diterapkan untuk kasta sudra, misalnya: Made Ayu…,
Putu Ayu…, Komang Ayu…, dsb. Untuk kasta selain sudra, biasanya mereka juga sering
menambahkan kata Istri sebagai padanan kata Ayu (istri berarti wanita dalam bahasa
Bali), contoh: Cokorda Istri…, Anak Agung Istri.
3. Urutan Kelahiran
Orang Bali menggunakan tata cara penamaan yang mencirikan urutan kelahiran anak. Hal ini
menjadi ciri khas kebudayaan suku Bali yang tak dikenal di tempat lainnya.
Baca Juga: Polda Bali Tolak Surat Penangguhan Penahanan JRX SID