Makna Hari Raya Nyepi dan Catur Brata Penyepian, Salah Satunya Tidak Boleh Bekerja

12 Maret 2021, 12:30 WIB
Ilustrasi rangkaian kegiatan Nyepi. /Pexels/Artem Beliaikin

RINGTIMES BALI – Setiap pergantian tahun Saka masyarakat Hindu selalu mengadakan hari Raya Nyepi, dimana jatuh pada penanggalan 1 sasih Kedasa.

Hari Raya tersebut dimulai pertama kali pada tahun 78 Masehi, dimana Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi dan senyap).

Hari Raya Nyepi memiliki filosofi tentang umat Hindu memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk melakukan penyucian terhadapat Bhuana Alit (manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta dan seluruh isinya).

Baca Juga: 6 Kegiatan Sebelum dan Sesudah Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka

Dilansir Ringtimesbali.com dari laman Kalendar Bali, pada saat Nyepi masyarakat diwajibkan untuk tidak melakukan aktifitas seperti biasanya, seperti keluar rumah (kecuali sakit dan perlu berobat), menyalakan lampu, bekerja dan sebagainya.

Tujuannya agar tercipta suasana yang sepi, terlepas dari hiruk pikuk kehidupan serta semua nafsu dan keserakahan sifat manusia.

Pada saat Nyepi khususnya di Bali, semua dalam keadaan sepi. Tidak ada aktifitas seperti biasanya, pada hari ini dilakukan puasa Nyepi.

Baca Juga: 5 Tujuan Melasti Sebelum Hari Raya Nyepi dalam Lontar Agama

Masyarakat Hindu pun melaksanakan 4 pantangan yang harus dilaksanakan disebut dengan Catur Brata Penyepian. Terdapat 4 pantangan yakni;

  1. Amati Geni, yaitu tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
  2. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
  3. Amati Lelungan, yaitu tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri.
  4. Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan/hiburan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.

Brata (pantangan) ini dimulai ketika matahari terbit “prabrata” hingga kembali pada keesokan harinya (24 jam).

Baca Juga: Makna Ritual Melasti Dalam Rangkaian Hari Raya Nyepi

Selain 4 pantangan tersebut, umat Hindu akan melakukan puasa Brata penyepian upawasa (tidak makan dan minum), mona brata (tidak berkomunikasi), dan jagra (tidak tidur).

Bagi Umat Hindu, segala sesuatu yang berkaitan dengan perlalihan selalu didahului dengan pelambangan gelap.

Sehinggu perayaan Hari Raya Nyepi dimaknasi sebagai penyucian terhadap diri sendiri serta alam sekitar.

Baca Juga: Gubernur Koster Umumkan 3 Wilayah Bali Jadi Zona Hijau Covid 19

Membuang segala kotoran atau segala hal negatif yang telah lampau untuk menyongsong tahun baru (saka). Dan memulai tahun baru dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang positif.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: kalender Bali

Tags

Terkini

Terpopuler