Network
RINGTIMES BALI - Akademisi Universitas Dwijendra, Dr I Ketut Suar Adnyana, mengkritisi penamaan istilah platform marketplace guru yang dicetuskan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
"Frasa marketplace guru ini seolah-olah mendistorsi guru layaknya sebuah barang dagangan," ujarnya, pada Jumat 23 Juni 2023.
Menurutnya, istilah marketplace tersebut kuranglah elok didengar dan terbukti belum saja diluncurkan tetapi sudah menuai pro dan kontra di tengah masyarakat.
"Sebaiknya, sebelum meluncurkan ide program, pemerintah bisa berkonsultasi dulu dengan ahli bahasa, agar istilah yang diluncurkan itu tidak menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat," ungkapnya.
Meskipun begitu, Dekan FKIP Universitas Dwijendra ini mengatakan, bukan berarti konsep yang ditawarkan dari marketplace tersebut jelek. Ia pun memuji jika pengaplikasian dari konsep ini dapat terlaksana, maka memiliki muara yang bagus bagi dunia pendidikan. Karena nantinya akan menuntut setiap tenaga pendidik memiliki kualitas yang mumpuni.
"Dapat memberikan persaingan yang kompetitif bagi calon guru, sebab mereka akan direkrut langsung oleh para kepala sekolah yang membutuhkan, sehingga menjadi solusi dalam penyerapan tenaga guru," imbuhnya.
Seperti diketahui, istilah marketplace guru muncul pertama kali ketika Mendikbudristek Nadiem Makarim rapat bersama Komisi X DPR RI pada 24 Mei 2023 lalu. Saat itu Nadiem menggagas ide pembuatan platform berbasis data yang diberi nama 'Marketplace Guru'.
Menurut Nadiem, hal tersebut bertujuan menanggulangi banyaknya problem kekurangan guru di berbagai sekolah yang nantinya akan dikolaborasikan dengan perekrutan guru honorer guna memenuhi kebutuhan target 1 juta guru.***
