Disebutkan langkah ini tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Misalnya dengan pembangunan jalan tracking yang juga menawarkan pemandangan persawahan, sungai, air terjun, lembah, pura, penglukatan, dan sebagainya.
Dengan demikian, potensi yang diangkat lebih maksimal dan dapat menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat apabila dikelola dengan baik.
Baca Juga: Sambut IBL 2023, Bali United Basketball Luncurkan Jersey Baru
Terkait dengan upaya dari Forkom selama 2023, Mendra ungkap akan menggencarkan pembinaan kepada masing-masing kabupaten/kota di Bali.
“Saya berpikir akan membina tiga desa wisata yang terbaik per kabupaten/kota. Sehingga nantinya di 2024, mereka tata kelolanya cukup bagus dan kita serahkan ke generasi selanjutnya di forum ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, 238 desa wisata di Bali terbagi dalam empat tingkatan, antara lain rintisan, berkembang, maju, dan mandiri.
Baca Juga: Tingkat Pengangguran di Denpasar Tertinggi di Bali pada Tahun 2021
Sebanyak 70 persen desa wisata di Bali masih tergolong dalam rintinsan dengan kondisi seperti belum ada restoran tetapi memiliki potensi air terjun atau tempat mendaki.
Sementara kategori mandiri hanya disematkan pada 10 desa di Bali yang sudah mampu menghidupkan masyarakatnya dari kedatangan wisatawan ke desa wisata. Dua di antaranya yakni Desa Ubud di Gianyar dan Desa Jatiluwih di Tabanan.***