Kemdikbudristek Tetapkan Tradisi Ngerebeg di Tegallalang Jadi Warisan Budaya Tak Benda

- 14 Juli 2022, 06:11 WIB
Tradisi Ngerebeg di Tegallalang
Tradisi Ngerebeg di Tegallalang /Instagram.com/@stej_tegallalang

RINGTIMES BALI - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia (RI) diketahui menetapkan Tradisi Ngerebeg, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.

Tradisi Ngerebeg yang ditetapkan oleh Kemdikbudristek sebagai WBTB ini berasal dari Desa Adat Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali.

Wakil Bupati Kabupaten Gianyar, Agung Mayun, pengembangan dan pemanfaatan Tradisi Ngerebeg dari Tegallalang ini akan menjadi warisan yang sangat berharga bagi generasi penerus kedepannya.

Baca Juga: Pemkab Badung akan Gelar Pameran UMKM Week 18-24 Juli 2022 di Fontana Stage Beachwalk Kuta

Sertifikat penetapan tersebut diketahui diserahkan oleh Wakil Bupati Gianyar kepada Bendesa Adat Tegallalang I Made Kumarajaya.

Setifikat tersebut diberikan pada saat piodalan Pura Duur Bingin Desa Adat Tegallalang yang bertepatan dengan dilangsungkannya Tradisi Ngerebeg.

Ia juga berharap dengan ditambahkannya tradisi ini sebagai WBTB Indonesia dapat menjadi penyemangat dalam melestarikan karya-karya budaya lainnya.

Sertifikat penetapan tersebut diketahui telah ditandatangai oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, di Jakarta, pada 7 Desember 2021 lalu.

Baca Juga: Pemkot Denpasar Laksanakan Persembahyangan Pujawali Pedudusan Agung di Pura Luhur Candi Narmada Tanah Kilap

Sertifikat ini sebagai bentuk inventarisasi dan perlindungan.

Serta adanya sertifikat ini bertujuan untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia.

Bendesa Adat Tegallalang I Made Kumarajaya, mengatakan bahwa dengan ditetapkannya Tradisi Ngerebeg sebagai WBTB, maka Desa Adat Tegallalang bertekad untuk terus menjaga kelestarian dan kesakralan tradisi ini.

Bendesa Adat Tegallalang ini juga sempat menjelaskan, bahwa Tradisi Ngerebeg merupakan warisan turun temurun yang dilaksanakan sehari menjelang puncak karya piodalan Pura Duur Bingin, Desa Adat Tegalalang.

Baca Juga: KPU Kabupaten Klungkung Laksanakan Sosialisasi Pemilih Pemula untuk Siswa-siswi SMK

Piodalan ini biasanya jatuh enam bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Wraspati Umanis Pahang.

Ritual ini diikuti oleh anak-anak dan remaja laki-laki yang wajahnya dihiasi dengan aneka motif menyeramkan saat prosesi arak-arakan keliling desa sambil membawa berbagai hiasan penjor dari pelepah salak dan pelepah daun jaka atau aren.

"Prosesi ritual Ngerebeg bermakna menetralisir pengaruh negatif dan untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa," kata Made Kumarajaya, dikutip dari laman Antaranews.

Tradisi ini juga dipakai menjadi daya tarik wisata sehingga banyak wisatawan mancanegara menyaksikan dan mengabadikan momen tradisi yang identik dengan tubuh warga yang dicat berwarna-warni itu.***

 

Editor: Annisa Fadilla


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah