Perempuan aktif melawan dengan aksinya menunjukkan sisi feminitas sebagai simbol perlawanan.
Baca Juga: Ikuti Jejak Tesla, Pembayaran Tiket Bioskop AMC Bisa Gunakan Bitcoin
Beberapa hal dilakukan dengan menggunakan pakaian dalam wanita dan mengibarkan sarung sebagai bendera.
Perempuan juga menempel gambar pemimpin kudeta militer Min Aung Hlaing pada pembalut, sarung, dan celana dalam kemudian digantung di jalan untuk mempermalukan mereka.
Selain untuk menghentikan sistem politik yang cacat, perjuangan perempuan juga didasari oleh kesetaraan.
Baca Juga: Konflik Ukraina Rusia Dapat Picu Adanya Perang Dunia Ketiga
Selama ini stereotip yang terbentuk adalah bingkai tugas tertentu yang dikelompokkan atas dasar gender, laki-laki atau perempuan.
Kini perempuan yang ikut dalam melawan kudeta militer Myanmar siap jika memang harus bertarung kapan saja.
Akhir Oktober lalu, mereka bersama aliansi People’s Defence Forces (PDF) bahkan membakar sebuah kantor polisi.
Baca Juga: Email FBI Dibobol Hacker, Peretas Kirim Puluhan Ribu Pesan Peringatan