RINGTIMES BALI – Kudeta oleh militer di Myanmar sudah berlangsung selama sembilan bulan terhitung sejak Februari 2021.
Setidaknya sekitar 1.260 warga sipil meninggal akibat perlawanan terhadap kediktatoran militer.
Perlawanan warga terhadap kudeta militer meningkat seiring dengan bertambahnya organisasi-organisasi perjuangan oleh masyarakat sipil.
Baca Juga: Konflik Ethiopia dan Pasukan Tigray Makin Memanas
Dikutip dari laman Aljazeera pada 18 November 2021, ternyata perempuan selama ini ikut mengorganisir diri untuk ikut berjuang.
Perempuan telah memainkan peran penting dalam gerakan protes yang muncul setelah panglima militer Min Aung Hlaing merebut kekuasaan.
Sebelumnya pemerintahan Myanmar dipegang oleh presiden terpilih Win Myint lalu bersama pemimpin de-facto Aung San Suu Kyi mereka ditahan.
Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia vs 7 Negara Oceania
Kelompok perempuan dan pejuang masyarakat sipil di Myanmar sudah mulai terbentuk sejak awal kudeta militer terjadi.
Partisipasi perempuan dan anak muda meningkat karena ada perasaan hidup yang tidak bebas dan semua hal berjalan dengan tidak lancar pasca kudeta militer.