Menurut penelitian, peningkatan ini sebagian disebabkan oleh varian Delta yang diperkirakan 60 persen lebih cepat menular daripada varian Alfa.
Beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa daerah dengan tingkat vaksinasi rendah lebih mungkin terserang virus.
Baca Juga: Indonesia Kembali Kedatangan Vaksin AstraZeneca Sebanyak 1,2 Juta Dosis
"Populasi yang tidak divaksinasi akan berisiko untuk terinfeksi virus varian Delta yang akan terus bergerak cepat terutama di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah," kata dr. Miriam Smith, kepala penyakit menular di Rumah Sakit Pendidikan Long Island Jewisr Forest Hills di Queens, New York, dilansir dari Healthline.
Direktur CDC dr. Rochelle Walensky juga mengeluarkan peringatan tentang potensi lonjakan di bulan ini.
Saat jumpa pers, ia menegaskan bahwa data awal menunjukkan bahwa 99 persen orang meninggal karena covid itu karena tidak divaksin.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Kemungkinan Akan Digunakan pada Awal Tahun 2022
"Kita tahu bahwa varian Delta saat ini di kantong negara dengan tingkat vaksinasi rendah," katanya
Dokter Theodore Strange, ketua sementara kedokteran di Staten Island University Hospital di New York, menegaskan data tentang hal berikut.
"Keamanan dan kemanjuran vaksin saat ini sangat jelas. Vaksin ini memang berfungsi untuk mencegah penyakit dan penyebaran penyakit dan sama amannya dengan vaksin lain yang telah digunakan meskipun beberapa efek samping telah dilaporkan namun ini jarang terjadi dan dapat diobati," ungkapnya.***