Biarawati di Myanmar Berlutut Memohon Supaya Aparat Tidak Sakiti Pengunjuk Rasa

10 Maret 2021, 11:45 WIB
Biarawati di Myanmar memohon kepada aparat untuk tidak menyakiti pengujuk rasa. /Dok. Myitkyiana News Journal

RINGTIMES BALI – Gelombang unjuk rasa di Myanmar masih belum berakhir, karena tuntutan mereka belum terpenuhi yakni membebaskan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan meminta militer Junta mengakui kemenangan tersebut.

Polisi pun tak segan-segan untuk menembaki para pengunjuk rasa dengan senjata api, sejauh ini korban meninggal dari pengunjuk rasa lebih dari 60 orang dan lebih dari 1.800 ditahan dalam tindakan keras.

Seorang biarawati di sebuah kota di utara Myanmar berlutut di depan polisi dan memohon untuk berhenti menembak pengunjuk rasa yang menentang pihak militer.

Baca Juga: Krisis di Myanmar Tewaskan 50 Demonstran, Dewan Keamanan PBB Bertindak

Dilansir Ringtimesbali.com dari laman Reuters menunjukan sebuah video dimana Suster Ann Rose Nu Tawng mengenakan pakaian putih dan kebiasan hitam berlutut di sebuah jalan di kota Myitkyina pada Senin,8 Maret 2021 berlutut dan berbicara kepada 2 polisi.

Suster Ann Rose Nu Tawng mengatakan untuk tidak memperlakukan pengunjuk rasa dengan kasar dan tidak menyakiti mereka.

“Saya memohon kepada mereka untuk tidak menyakiti para pengunjuk rasa, tetapi memperlakukan mereka dengan baik seperti anggota keluarga,” jelasnya.

Baca Juga: Suasana Prosesi Pemakaman Deng Jia Xi, Remaja yang Tewas dalam Aksi Kudeta Myanmar

“Saya memberitahu mereka bahwa mereka dapat membunuh saya, saya tidak akan berdiri sampai mereka memberikan janji bahwa mereka tidak akan menindak pengunjuk rasa secara brutal,” tambahnya.

Lebih lanjut, Suster Tawng telah menerima jaminan bila para pejabat setempat akan membersihkan jalan pasca unjuk rasa.

Suster Tawng yang juga mengelola klinik beserta salah satu polisi sempat menyentuhkan dahi mereka ke tanah, namun tembakan tetap terdengar tidak lama kemudian.

Baca Juga: Gadis 19 Tahun Jadi Korban Kudeta Myanmar, Pesan Kematiannya Bikin Merinding: Jangan Selamatkan Saya!

“Kami mendengar suara tembakan keras, dan melihat kepala anak kecil meledak, dan ada sungai darah di jalan,” kata Tawng.

Suster Twang dan beberapa saksi mengatakan usai kejadian tersebut, setidaknya dua pengunjuk rasa tewas dan beberapa lainnya terluka,

Lebih lanjut, seorang juru bicara militer dan polisi di Myitkyina tidak menanggapi permintaan permintaan tersebut.

Baca Juga: Facebook Resmi Hapus Laman dan Akun Instagram yang Dikendalikan Militer Myanmar

Disisi lain, Suster Tawng mencoba membawa beberapa korban ke klinik sebelum dibutakan oleh gas air mata.

“Lantai klinik kami menjadi lautan darah,” katanya. Kita perlu menghargai hidup. Itu membuat saya merasa sangat sedih,” tuturnya.

Biarawati itu juga berada di antara pengunjuk rasa dan garis polisi akhir bulan lalu, memohon perdamaian.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler