Kepala BNPT Sampaikan Peran Aktif Masyarakat Dapat Cegah Paham Radikal dan Terorisme Jelang G20

30 Juni 2022, 09:31 WIB
Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar. /ANTARA/Ayu Khania Pranishita.

RINGTIMES BALI – Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar mengatakan peran aktif masyarakat merupakan kekuatan utama dari aktor non-negara untuk mencegah meluasnya sikap intoleransi, paham radikal, dan terorisme.

Maka dari itu, BNPT fokus untuk memperkuat kolaborasi di beragam kesempatan bersama kelompok masyarakat sipil untuk mencegah tumbuhnya paham radikal yang berujung aksi teror, terlebih lagi menjelang KTT G20 di Bali.

Kepala BNPT tersebut mengatakan pihaknya akan fokus membangkitkan civil society yaitu masyarakat untuk bisa bangkit menjadi kekuatan utama aktor non-negara.

Baca Juga: Mengenang Ida Bagus Mantra, Pencetus Pesta Kesenian Bali yang Dikagumi Masyarakat

Ia juga menyampaikan, peran masyarakat sangat penting terutama mendekati acara internasional KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November mendatang di Bali.

“Kewaspadaan itu tidak hanya milik aparatur negara, pemerintah saja, tetapi kewaspadaan itu juga menjadi milik masyarakat,” ucapnya dikutip dari Antara.

Maka dari itu, BNPT bersama dengan sejumlah tokoh masyarakat, pemuka agama, serta mahasiswa di Badung, pada Rabu, 29 Juni 2022 ketika menyampaikan keterangan tersebut, mendeklarasikan kesiapsiagaan nasional pada ancaman terorisme.

Baca Juga: Kinerja Prabowo Dipuji Warganet karena Mampu Pertahankan Opini WTP Kemhan 4 Kali

Adapun lima point penting oleh para tokoh tersebut, yaitu Pancasila dan UUD NKRI 1945, menjunjung tinggi kebhinekaan, bersinergi menolak intoleransi dan radikal terorisme, mendukung kesiapsiagaan nasional dalam mengantisipasi ancaman terorisme, dan siap mewujudkan Indonesia damai.

Boy menjelaskan, kesiapsiagaan nasional sarana mengingatkan unsur-unsur dari pemerintahan, masyarakat, tokoh agama, bahwa kekuatan Indonesia ada pada toleransi.

Jika toleransi bisa dirawat dan diperkuat maka tidak ada satupun dapat menggoyahkan pancasila yang telah dibentuk serta didirikan leluhur bangsa.

Baca Juga: Jokowi Tiba di Ukraina, Ungkap Tempuh Perjalanan Hingga 11 Jam

Sehubungan dengan KTT G20, ia memastikan pihaknya telah memetakan potensi bencana dan menyusun beragam langkah untuk mencegah peluang itu tumbuh, terlebih berujung menjadi aksi teror.

Ia mengimbau agar tidak meremehkan ancaman terorisme dan tentunya pihaknya pada tugas bidang lain akan terus melakukan pencermatan, mapping atau memetakan pergerakan kelompok jaringan terorisme agar tidak ada kejadian yang menyakitkan dan memilukan terjadi.

Peristiwa menyakitkan dan memilukan yang dimaksud olehnya yaitu seperti Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 dan Bom Bali 2 pada 1 Oktober 2005.***

Editor: Suci Annisa Caroline

Tags

Terkini

Terpopuler