Mengenal Konstipasi

- 30 Oktober 2023, 21:04 WIB
dr. Putu Nindya Ayu Ningrum Subadra, S.Ked. ~
dr. Putu Nindya Ayu Ningrum Subadra, S.Ked. ~ /Ringtimes Bali/ Pikiran Rakyat Media Network/Ist.

RINGTIMES BALI - Pernah mengalami gangguan buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali dalam seminggu? Itu namanya konstipasi. Selain membuat anda tak nyaman, hati-hati jika tidak diatasi segera, karena gangguan ini dapat membahayakan saluran cerna Anda.

Apa itu konstipasi?
Konstipasi atau smebelit adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam 1 minggu, mengalami kesulitan saat defekasi ataupun keduanya. Beberapa orang menganggap bahwa mereka mengalami konstipasi apabila tidak melakukan defekasi atau BAB setiap hari, tetapi frekuensi BAB 3 kali atau lebih dalam seminggu masih dikatagorikan dalam batas normal. Setiap orang pasti pernah mengalami episode konstipasi setidaknya sekali dalam hidupnya.

Konstipasi merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling sering ditemui. Setiap orang, dengan berbagai usia, jenis kelamin, dan ras dapat mengalami konstipasi. Berdasarkan data epidemiologi, konstipasi lebih banyak terjadi pada wanita, wanita hamil, orang tua, dan pasien yang mengalami imobilisasi yang lama.
Secara umum konstipasi dapat dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu konstipasi yang bersifat akut dimana keluhan konstipasi berlangsung kurang dari 3 bulan, biasanya disebabkan oleh suatu kondisi perubahan diet, imobilisasi dalam waktu lama, efek samping obat, dan pengasuh psikologis. Sedangkan konstipasi kronis adalah suatu kondisi konstipasi yang berlangsung lebih dari 3 bulan, dapat bersifat fungsional yaitu tidak ditemukan adanya kelainan anatomis pada saluran pencernaan, ataupun sekunder akibat suatu kondisi medis lain.

Konstipasi sering juga disebut IBS ( irritable bowel syndrome- sindroem iritasi usus besar), padahal sebenarnya keduanya berbeda. IBS adalah penyakit dalam saluran cerna yang ditandai nyeri perut dan gangguan pola BAB. IBS dapat memiliki indikasi konstipasi, namun dapat pula menunjukkan gejala diare.    

Penyebab Konstipasi
Konstipasi disebabkan oleh lamanya waktu transit kotoran di dalam saluran pencernaan, sehingga penyerapan air berlangsung lebih lama yang menyebabkan kotoran menjadi lebih keras, Kotoran yang keras akan mempersulit proses defekasi. Penurunan motilitas usus menyebabkan lamanya waktu transit kotoran dalam saluran cerna. Penurunan motilitas pada usus dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti gangguan sistem saraf, kelainan metabolik seperti gangguan elektrolit, penurunan aktivitas fisik dan suatu kondisi imobilisasi yang lama. Selain itu kondisi metabolik seperti pasien diabetes melitus kerap mengalami konstipasi, hal ini diduga adanya pengaruh pada sistem saraf dan menurunkan peristaltik usus. Kondisi lain yang menyebabkan terjadinya konstipasi seperti kurangnya asupan serat, perubahan pola diet ketika sedang traveling, pengaruh obat-obatan, sering menahan keinginan untuk defekasi juga menjadi salah satu penyebab.

Kelainan anatomi pada saluran cerna seperti adanya suatu masa tumor, penyempitan pada saluran cerna akibat suatu proses inflamasi juga dapat menimbulkan konstipasi. Pada wanita pengaruh hormon progesteron juga memiliki peran dalam penurunan motilitas usus, terutama pada wanita hamil, selain pengaruh hormon, penekanan usus besar oleh uterus juga mempengaruhi pola defekasi dan dapat menimbulkan kondisi konstipasi.

Bagaimana Mendiagnosis Konstipasi?
Untuk menegakan diagnosis konstipasi, memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyebabnya. Pasien yang mengalami keluhan konstipasi yang berlangsung lama hingga lebih dari 3 bulan dengan disertai adanya tanda bahaya seperti adanya darah saat defekasi, adanya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, adanya tanda dan gejala anemia seperti lemas, letih, lesu, dan pucat, adanya kecurigaan masa atau pembesaran pada perut, adanya riwayat kanker dalam keluarga, usia di atas 50 tahun yang sebelumnya belum pernah menjalani skrining untuk kanker colorectal perlu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter segera dan direncanakan untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh spesialis gastroenterologist. Suatu keganasan yaitu kanker kolorektal perlu dipikirkan pada pasien usia tua diatas 50 tahun dengan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, adanya episode BAB disertai dengan darah.

Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab sekunder terjadinya konstipasi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit atau metabolit darah, dan kadar hormon tidak rutin dilakukan, kecuali terdapat kecurigaan terhadap suatu kondisi tertentu. Prosedur kolonoskopi hanya diperlukan apabila ditemukan adanya tanda bahaya.

Kapan Kita Perlu Memeriksakan Diri Ke Dokter ?Sebagian besar orang mengabaikan konstipasi, karena menganggap konstipasi adalah suatu hal yang wajar dan tidak berbahaya. Akan terapi konstipasi dapat merupakan suatu gejala dari penyakit tertetu yang memerlukan terapi khusus. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala, yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter :

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x