Indonesia Akan Impor 2 Juta Ton Beras, Anggota DPR RI: Pemerintah Jangan Buru-buru

- 30 Maret 2023, 16:20 WIB
Ilustrasi Indonesia akan impor 2 juta ton beras, anggota DPR RI: pemerintah jangan buru-buru Impor
Ilustrasi Indonesia akan impor 2 juta ton beras, anggota DPR RI: pemerintah jangan buru-buru Impor /Pixabay/allybally4b

RINGTIMES BALI- Pemerintah Indonesia melalui Perum Bulog akan segera melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton, karena serapan gabah belum memenuhi stok cadangan beras pemerintah.

Hal tersebut ditanggapi langsung oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, ia meminta agar pemerintah Indonesia tak buru-buru dalam melakukan impor beras, jika masih tersedia gabah di petani.

Jangan sampai ada kemungkinan, gabah yang masih tersedia, tidak diserap pemerintah.

Baca Juga: Terkait Dugaan Adanya Transaksi Rp349 Triliun, Mahfud MD Minta Penyidikan Tidak Dihalangi

“Pemerintah jangan buru-buru impor manakala gabah di petani masih tersedia. Jadi jangan sampai terjadi gabah yang tersedia tidak diserap,” ucap Dedi Mulyadi, dilansir dari Antara News pada Kamis, 30 Maret 2023.

Hal tersebut disampaikan Dedi, karena adanya wacana dari pemerintah untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton, akibat serapan gabah di petani yang belum cukup untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah.

Mengingat ketersediaan gabah yang masih ada di petani, ia pun meminta agar jangan terburu-buru melakukan impor. Hal ini karena tugas negara adalah melindungi petani serta menyediakan ketersediaan pangan untuk masyarakat.

Baca Juga: Erick Thohir Lakukan Pertemuan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino: Sudah Berjuang Semaksimal Mungkin

Dua tugas negara yang disebutkan Dedi ini, bisa berjalan bersamaan jika semua lembaga pemerintahan, bekerja sama dan tidak saling ego.

Misalnya Kementerian Pertanian yang fokus dalam peningkatan produktivitas dan Kementerian Perdagangan yang mengatur regulasi ketersediaan.

Sehingga, menurut Dedi harus dibangun kerjasama komprehensif antara produksi dan regulasi, guna menjamin ketersediaan.

Dedi mengharapkan agar jangan sampai terjadi yang satu menginginkan produksi meningkat sedangkan yang lainnya berusaha mencari jalan pintas untuk mendapat keuntungan besar dan tanpa memperhatikan nasib para petani.

Baca Juga: Cegah Importasi Virus Marburg, Indonesia Perkuat Keamanan di Pintu Masuk Negara

Menurut Dedi, saat ini petani mulai kebingungan karena tengkulak atau pengusaha yang biasanya menyerap gabah hasil pertanian mereka mengalami dilema.

Pengusaha ini takut kalau sampai mereka menyerap banyak gabah petani, namun di lain sisi pemerintah melakukan impor beras.

Sehingga ketika pengusaha yang membeli gabah petani dengan harga yang cukup tinggi, begitu impor malah harus jual dengan harga yang rendah.

Baca Juga: Drawing Piala Dunia U-20 Batal di Bali, Dispar Singgung Soal Dampak Terhadap Akomodasi Pariwisata

Oleh karena itu, kondisi ini harus segera diselesaikan agar gabah petani dapat terserap dan terdapat kepastian dalam penyerapannya.

Sementara itu, Dedi turut menyoroti permasalahan lain di sektor pertanian yakni masalah pupuk. Hal ini karena, sampai dengan saat ini persoalan pupuk selalu menjadi akar masalah penurunan produktivitas pertanian, apalagi untuk petani yang lahan garapannya terbilang kecil.

Dedi menilai bahwa permasalahan tersebut, tidak akan pernah selesai jika tidak ada penanganan yang serius dari hulu hingga hilir.***

Cek berita lainnya dari Ringtimes Bali dengan KLIK DI SINI.

 

Editor: Jero Kadek Wahyu Baratha


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x