RINGTIMES BALI - Taliban telah menyatakan sumpah untuk menghormati hak-hak rakyat, termasuk hak-hak perempuan sesuai dengan hukum syariah.
Tetapi sejumlah kelompok yang telah menikmati kebebasan tanpa Taliban selama dua dekade terakhir khawatir akan kehilangan haknya.
Taliban terakhir kali memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, perempuan dilarang bekerja dan anak perempuan dilarang untuk bersekolah.
Baca Juga: Taliban Bentuk Kabinet Baru, AS dan Uni Eropa Khawatir
Mereka juga melakukan eksekusi di depan umum dan aparatnya menerapkan peraturan yang ketat terhadap hukum Islam.
Menurut wakil kepala UN Women di Afghanistan, Alison Davidian mengatakan bahwa beberapa perempuan dilarang meninggalkan rumah tanpa saudara laki-laki atau dipaksa berhenti bekerja.
"Itu telah menimbulkan ketakutan yang luar biasa. Dan ketakutan ini dapat diraba di seluruh negeri," kata Davidian kepada wartawan di New York dikutip dari CNA.
Baca Juga: Taliban Susun Pemerintahan Baru Afganistan, Negara Barat Cemas
Pejabat senior Taliban mengatakan perempuan tidak akan diizinkan bermain kriket, atau mungkin olahraga lainnya karena alasan tubuh mereka mungkin dapat terbuka.
Sekelompok wanita di Kabul mengadakan protes dan tampak membawa poster bertuliskan "Kabinet tanpa wanita adalah kegagalan”.