Antisipasi Dampak Krisis Iklim, Sejumlah Musisi Sepakat Suarakan Lewat Musik

17 Juni 2023, 15:35 WIB
Sejumlah musisi Tanah Air, mulai dari Endah N Rhesa, FSTVLST, Guritan Kabudul, Iga Massardi Barasuara, Iksan Skuter, Kai Mata, Made Mawut, Navicula, Tony Q, Tuan Tigabelas, dan Rhythm Rebels, mereka semua berkumpul di Ubud, Kabupaten Gianyar. Untuk mengupas isu kedaruratan global soal krisis iklim /RINGTIMES BALI/Andre Putra

RINGTIMES BALI - Krisis iklim selalu menjadi isu menarik yang dapat memantik semua kalangan. Sebab dampak nyata dari perubahan iklim tersebut dapat mengganggu keberlangsungan kehidupan di dunia.

Hal itulah yang mendorong sejumlah musisi Tanah Air, mulai dari Endah N Rhesa, FSTVLST, Guritan Kabudul, Iga Massardi Barasuara, Iksan Skuter, Kai Mata, Made Mawut, Navicula, Tony Q, Tuan Tigabelas, dan Rhythm Rebels, mereka semua berkumpul di Ubud, Kabupaten Gianyar, selama empat hari sejak Senin 12 Juni - Kamis 15 Juni, untuk mengupas isu kedaruratan global soal krisis iklim ini.

Mereka pun berkomitmen untuk terus menyuarakan isu perubahan iklim melalui jalur seni musik, yaitu dengan membentuk sebuah kelompok kolektif yang disebut IKLIM (The Indonesia Knowledge, Climate, Arts & Music Lab atau Lab Pengetahuan, Iklim, Seni & Musik).

Kehadiran IKLIM yang diinisiasi oleh musisi Gede Robi atau Robi Navicula memiliki tujuan agar mendorong berbagai pihak ikut bersatu menyikapi perubahan iklim yang makin merugikan generasi mendatang.

"Karena dampak krisis iklim makin nyata, itu terlihat lewat berbagai media massa yang memberitakan bencana alam. Berkaca dari itu, isu perubahan iklim ini harus menjadi hal yang penting dibicarakan," ungkap Robi Navicula saat dijumpai Ringtimes Bali di The Mansion Ubud, Gianyar, Kamis 15 Juni 2023.

Lebih lanjut, musisi ramah ini menjelaskan, gerakan semacam ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh banyak pihak. Tetapi menurutnya di industri musik kreatif banyak yang berjuang sendiri-sendiri. 

"Untuk itu, IKLIM menjadi gerakan kolektif yang digagas dari inisiatif yang tercerai berai tersebut," jelasnya.

Lebih penting, Robi memaparkan, melalui musik dia meyakini dapat merubah kebijakan yang lebih berdampak positif. sedikit kebijakan yang berubah.

"Sebab musik bukanlah sekadar hiburan, namun musik mampu menjadi alat untuk menyampaikan pesan lebih luas serta membangun kolaborasi dengan berbagai pihak. Karena kita sebagai musisi, berharap para penggemar kita menjadi ikut peduli dengan isu ini, siapa tahu mereka punya kapasitas untuk mendukung regulasi di tempatnya, sehingga punya dampak yang lebih luas," tuturnya.

Nanti hasil nyatanya menurut Robi, para musisi yang tergabung dalam IKLIM, telah sepakat membuat sebuah album berisi kompilasi lagu yang menyuarakan tentang isu perubahan iklim.

"Album ini akan diproduksi dan diluncurkan oleh label Alarm Record, sebuah label musik berkelanjutan dan ramah lingkungan pertama di Indonesia," terang musisi yang juga penggiat lingkungan ini.

Sebelumnya sejumlah musisi tersebut juga telah bergabung dalam sebuah gerakan global, yaitu Music Declares Emergency (MDE) yang mempersatukan musisi dan pecinta musik dalam merespon krisis iklim. 

Melalui slogan “No Music on a Dead Planet”, atau tidak ada musik di planet mati, gerakan global ini telah didukung oleh artis internasional seperti Billie Eilish, Thom Yorke dari Radiohead, Massive Attack, Tom Morello dari Rage Against The Machine, Jarvis Cocker dari Pulp, Kevin Parker dari Tame Impala, dan masih banyak lagi. 

MDE memanfaatkan pengaruh para musisi untuk membangun kesadaran masyarakat serta menciptakan diskusi tentang isu iklim di media mainstream dan mendorong respon global terhadap masalah darurat ini.***

Baca Juga: BMKG Ajak Masyarakat Bali Hemat Gunakan Air Bersih Antisipasi Kemarau

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler