Prof Zubairi Djoerban Jelaskan Penyintas Varian Omicron Dapat Alami Long Covid

4 Maret 2022, 07:45 WIB
Ilustrasi, Profesor Zubairi Djoerban jelasakan para penyintas Covid-19 dari varian Omicron ada yang mengalami long Covid. /pexels

RINGTIMES BALI – Semua penyintas Covid termasuk varian Omicron dapat mengalami dampak lanjutan dari penyakit tersebut. Hal inilah yang ditakutkan oleh para penyintas.

Dampak lanjutan tersebut dinamakan Long Covid, para penyintas yang sudah sembuh, tidak kembali pada kondisi fisik yang prima namun masih mempunyai beberapa keluhan tertentu.

Melalui akun twitter resminya Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Prof Zubairi Djoerban menjelaskan mengenai Long Covid pada penyintas varian Omicron melalui sebuah utas.

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Terpapar Covid-19

"Tapi sudah ada laporan penyintas varian Omicron mengalami Long Covid? Ada dan memang terjadi. Hanya angka kejadiannya belum banyak. Gejala yang sering ditemui adalah brain fog. Beberapa nakes mengalami itu," tulis @ProfesorZubairi pada Kamis, 3 Maret 2022.

Kabar baiknya, vaksin dapat mencegah Long Covid walaupun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

"Vaksin bisa mencegah Long Covid? Penelitian memberi bukti awal bahwa vaksin dapat mencegah Long Covid atau setidaknya mengurangi tingkat keparahan. Butuh penelitian lebih banyak lagi," tulis @ProfesorZubairi.

Baca Juga: Soal UTS Tema 5 Kelas 2 Semester 2 dan Kunci Jawaban Terbaru 2022, Pengalamanku

Selanjutnya, Prof Zubairi menjelaskan bahwa virus corona atau SARS-Cov-2 dapat bertahan pada tubuh manusia selama dua minggu hingga satu bulan.

"Sebenarnya berapa lama virus SARS-CoV-2 ada di tubuh? Rata-rata dua minggu hilang. Habis dan selesai. Tidak ada lagi virusnya. Tapi pada pasien yang di ICU, virus bisa bertahan sebulan. Setelah itu hilang," tulisnya.

Dampak lanjutan atau Long Covid dengan beberapa keluhan seperti mudah lelah, sering lupa, sulit berkonsentrasi, dan lain sebagainya, telah terdeteksi sejak pertengahan 2020 lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 35 persen dari penyintas mengaku mengalaminya.

Baca Juga: Usai Bebas Angelina Sondakh Ungkap Permintaan Maaf pada Orangtua dan Masyarakat

Prof Zubairi juga menerangkan bahwa Long Covid bukan berasal dari virusnya langsung, namun ada beberapa teori lain yang dapat memberikan penjelasan lebih relevan.

"Kenapa pada Long Covid gejalanya menetap lebih dari satu bulan? Ternyata penyebab keluhan-keluhan itu bukan virusnya langsung. Ada beberapa teori. Misalnya timbul reaksi autoimun. Virus ini memacu kekebalan tubuh untuk salah bekerja," tulis @ProfesorZubairi.

"Teori lain? SARS-CoV-2 mengaktivasi virus lain. Seperti Epstein-Barr (EBV). Aktivasi Epstein-Barr (EBV) ini menyebabkan gejala-gejala pada penyintas. Dan, mungkin sekali SARS-CoV-2 juga membuat reaksi inflamasi yang kemudian berlanjut," tambahnya.***

Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler