Krisis Baru di China, Porkapocalypse Membuat Harga Daging Babi Melonjak

26 November 2021, 11:53 WIB
China mengalami krisis porkapocalypse, yaitu krisis daging babi dengan harga yang melonjak /Christopher Carson on Unsplash

RINGTIMES BALi – China sekarang diserang krisis baru yakni Krisis Babi atau yang dikenal oleh seluruh dunia dengan istilah “porkapocalypse “

Krisis ini menjadi krisis baru di China setelah kemarin diterpa oleh banyak krisis seperti krisis energi dan krisis stagflasi.

Krisis babi adalah sebuah kondisi yang membuat harga daging babi melonjak tinggi.

Harga daging yang melonjak ini dikarenakan oleh banyak faktor, namun yang paling umum adalah kesenjangan supply dan demand.

Baca Juga: Perbandingan Teknik Beladiri Tangan Kosong Militer China dan Indonesia

Dilansir dari Global Times pada Jumat 26 November 2021, China mengalami kenaikan harga daging yang sangat tinggi.

Kenaikan ini tercatat mencapai 34,9 persen yang berlangsung selama 5 minggu belakangan ini.

China dikenal dengan langkahnya yang baik dalam menangani wabah Covid-19 namun krisis ini menjadi masalah baru yang muncul di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baca Juga: WTA Ancam Batalkan 10 Perlombaan Tenis di China Terkait Kasus Peng Shuai

Setelah selama  5 minggu belakangan ini harga daging babi melonjak sangat tinggi, sedangkan harga sayuran memiliki kenaikan yang lebih stabil dibandingkan dengan harga daging.

Tercatat dari tanggal 8 hingga 14 November 2021, harga daging babi mingguan secara grosir mengalami kenaikan yang signifikan.

Pada tanggal tersebut, daging babi tercatat mencapai harga 24,02 yuan per kilogramnya atau setara dengan Rp49.000.

Baca Juga: 2 Helikopter Canggih Milik TNI AL yang Buat Tentara China Mundur

Harga ini termasuk mahal jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kenaikan bulanan daging babi ini mencapai 3,8 persen dan harga di tangan pertama atau perusahaan pengolahan daging babi naik menjadi 18,08 yuan atau setara dengan Rp40.000.

Menurut data yang dilaporkan oleh Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China (MOA), Harga ini naik sebesar 4 persen dari bulan Oktober bulan lalu.

Pedagang grosir beranggapan kalau kenaikan harga ini dipicu oleh cuaca China yang sedang menghadapi musim dingin jadi banyak warga yang ingin menikmati daging babi.

Baca Juga: Wabah Baru Menyebar, China Lockdown Daerah Dalian dan Karantina Mahasiswa Universitas Zhuanghe

Selain permintaan yang semakin tinggi suhu yang dingin juga mempengaruhi peternak babi.

Pada saat musim dingin, pertumbuhan ternak babi mengalami penurunan sehingga produksi menjadi lambat.

Musim dingin yang akan datang juga akan berpengaruh pada masyarakat di China bagian utara.

Di daerah tersebut, banyak keluarga yang menyimpan daging babi yang digunakan untuk membuat bakso atau daging cincang untuk isian pangsit.

Baca Juga: Atlet Tenis Wanita Asal China Hilang Usai Tuding Oknum Politisi Lakukan Pelecehan

Hal tersebut akan meningkatkan permintaan daging babi.

Namun sayangnya pasokan yang datang mungkin tidak akan bisa memenuhi permintaan tinggi dalam jangka pendek sehingga harga daging babi ditafsir akan terus meningkat.

Pihak china optimis kalau krisis ini bisa dilewati karena peningkatan harga ini masih jauh dibawah rekor yang dibuat tahun lalu yang mencapai di atas 50 persen.

Dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah, diharapkan harga babi ini akan berangsur turun.***

Editor: Suci Annisa Caroline

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler