Korea Selatan Simpan 100.000 Benih Tanaman Liar untuk Antisipasi Hari Kiamat

3 Juni 2021, 17:18 WIB
Korea Selatan telah menyimpan 100.000 benih tanaman liar dalam Bahtera Nuh Kedua di dunia untuk mengantisipasi hari kiamat /YouTube Shanty Denny


RINGTIMES BALI -
Korea Selatan menyimpan benih dari hampir 5.000 spesies tanaman liar di terowongan bawah tanah, yang dirancang aman dari ledakan nuklir, perubahan iklim, hingga bencana alam.

Penyimpanan tanaman liar itu dilakukan oleh Korea Selatan untuk menanggapi peringatan para peneliti, soal kepunahan tanaman yang kini berkembang pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Semua itu terjadi bahkan sebelum banyak spesies tanaman liar dikatalogkan dalam program yang di yang dibuat oleh Korea Selatan tersebut.

Penyebabnya antara lain peningkatan populasi manusia, polusi dan penggundulan hutan.

Baca Juga: Matahari Buatan China Catat Rekor 120 Juta Derajat Celsius dalam 100 Detik

“Pusat Gudang Benih Arboretum Nasional Baekdudaegan memelihara hampir 100.000 benih dari 4.751 spesies tanaman liar yang berbeda.

Tujuannya untuk memastikan mereka (tanaman) tidak musnah karena ‘peristiwa apokaliptik’,” kata Lee Sang-yong, pemimpin fasilitas itu.

Dilansir dari AFP, dia mengatakan bahwa Pusat Gudang Benih Arboretum Nasional Baekdudaegan adalah salah satu dari hanya dua fasilitas semacam itu di dunia.

Fungsinya tidak seperti bank benih yang lebih umum, di mana sampel disimpan dan ditarik secara teratur untuk berbagai tujuan.

Benih di gudang itu dimaksudkan untuk penyimpanan permanen. Artinya, penggunaannya hanya sebagai sarana terakhir sebagai upaya untuk mencegah kepunahan.

Baca Juga: China Laporkan Kasus Flu Burung Pertama yang Terjadi pada Manusia

Bungker itu ditetapkan sebagai instalasi keamanan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan.

Fasilitas tersebut dikelilingi oleh pagar kawat dan puluhan kamera, dengan pembatasan pengambilan gambar dan patroli polisi secara teratur.

Di dalam, terdapat lift mengarah sekitar delapan lantai turun ke terowongan beton besar.

Di sana dua pintu baja berat menjaga ruang penyimpanan, dan rak-rak penyimpanan.

Suhu minus 20 derajat Celcius dipertahankan di ruangan penyimpanan untuk melestarikan benih. Sementara tingkat kelembaban di atur 40 persen agar simpanan tetap layak.

Baca Juga: Joe Bidan Siapkan Dana Dongkrak Pertahanan AS untuk Lawan China dan Rusia

Sampel lemari besi sebagian besar adalah flora dari semenanjung Korea.

Tetapi dengan kapasitas dua juta benih, Korea Selatan membuat ruangnya tersedia untuk negara lain. Kazakhstan dan Tajikistan di antara negara yang telah menerima tawaran itu.

Negara deposan itu, mempertahankan kepemilikan sampel mereka, dan memiliki kontrol atas penarikan benihnya.

"Kubah itu menyimpan benih untuk mencegah kepunahannya, jadi skenario terbaiknya adalah benih itu tidak perlu dikeluarkan," ujar Lee.

Terlepas dari perannya untuk menanggapi “hari kiamat”, fasilitas itu dibangun oleh sebuah negara yang pada 1950 diserbu oleh negara tetangga di Utara. Pyongyang sejak itu mengembangkan persenjataan nuklir dan rudal.

Baca Juga: AS Memanas, Joe Biden Ungkap Perkataan Xin Jinping, China Akan Miliki Amerika 15 Tahun Lagi

Menurut Lee, fasilitas itu dibangun di "tempat teraman" di Korea Selatan. Sengaja dirancang untuk menahan gempa berkekuatan 6,9 dan bahkan serangan bom atom.

"Secara geografis sangat aman. Dan kami membangun terowongan bawah tanah sedalam 46 meter untuk memastikannya aman dari perang dan ancaman nuklir," ujar Lee.

Gudang benih terbesar dan paling terkenal di dunia terkubur jauh di dalam bekas tambang batu bara di Svalbard, kepulauan Norwegia Arktik. Letaknya terpencil sekitar 1.300 kilometer (sekitar 800 mil) dari Kutub Utara.

Dijuluki "Bahtera Nuh" tanaman pangan, Global Seed Vault berfokus pada pertanian dan tanaman terkait, menyimpan lebih dari satu juta sampel benih dari hampir setiap negara di planet ini.

Tetapi para peneliti mengatakan meski melestarikan benih tanaman liar, sumber asli dari tanaman yang kita makan hari ini, tidak boleh diabaikan.

Baca Juga: Joe Biden Selidiki Asal Mulai Covid-19, Buka Keretakan Baru di Hubungan AS dan China

“Banyak kerabat tanaman di alam liar yang dapat memberikan keragaman genetik untuk membantu ketahanan pangan jangka panjang ‘kurang perlindungan yang efektif’,” menurut laporan PBB baru-baru ini.

Laporan itu memperingatkan bahwa sektor pertanian mungkin akan kurang tahan terhadap perubahan iklim, hama dan patogen.

Sebagai akibatnya, "Biosfer, di mana umat manusia secara keseluruhan bergantung, menurun lebih cepat daripada kapan pun dalam sejarah manusia."

Tanaman liar menjanjikan sebagai obat masa depan, bahan bakar dan makanan, kata Royal Botanic Gardens Kew dalam sebuah laporan tahun lalu.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler