“Kalau sudah viral ya sudah, tapi buka saja tatonya, mungkin maksudnya untuk gaul. Tapi pejabat negara memang tidak boleh menyimbolkan persepsi negatif masyarakat,” tutur Bahtiar.
Menurutnya, seorang pemimpin bukan hanya cerdas, tetapi sikapnya harus memberikan teladan. Meski tidak ada hubungan antara orang bertato dengan tindak korupsi, namun persoalannya hanya ada di sosial kultural.
“Menjadi kepala desa, disamping memiliki pengetahuan pemerintahan, jika mendapat respon negatif harus memperhatikan masyarakat,” ucap Bahtiar.***(Eka Alisa Putri/PikiranRakyat-Bekasi.com)