Seorang Siswa SMP Belajar Sendiri di Sekolah Karena Tidak Punya HP Untuk Belajar Online

25 Juli 2020, 00:20 WIB
Belajar di sekolah dengan tatap muka sendiri. Kisah pelajar SMP di Kabupaten Rembang bernama Dimas Ibnu Elias ini viral. Dia belajar di sekolah sendiri karena tidak punya HP untuk belajar daring. /Pikiran-Rakyat.com/Eviyanti/

RINGTIMES BALI - Dimas Ibnu Elias pelajar SMP di Kabupaten Rembang, kisahnya sempat viral di media social setelah kedapatan belajar sendirian di sekolah. Ia terpaksa ke sekolah setiap hari untuk belajar walau sendirian karena tidak memiliki handphone (HP) untuk mengikuti proses belajar daring (online).

Ia tidak bisa mengikuti teman-temannya belajar dari rumah (daring online) menggunakan handphone karena keterbatasan ekonomi di masa pandemic Covid-19 ini.

Ia tetap semangat belajar mesti sendirian dia di kelas, karena tegad diapengin belajar mengikuti teman-temannya yang belajar dirumah.

Baca Juga: dr. Reisa Kembali Hadir Sebagai Jubir Satgas Covid-19, Apa Penyebabnya?

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiranrakyat.com dengan judul Tak Punya HP, Pelajar SMP di Rembang Pilih Belajar Sendirian di Sekolah, Kepsek: Lebih Penting Beras

 "Barangkali, bagi keluarganya, beras jauh lebih dibutuhkan daripada ponsel pintar dan kuota internet," kata Kepala SMPN 1 Rembang Isti Chomawati, Kamis 23 Juli 2020 kemarin.

"Barangkali, bagi keluarganya, beras jauh lebih dibutuhkan daripada ponsel pintar dan kuota internet," kata Kepala SMPN 1 Rembang Isti Chomawati, Kamis 23 Juli 2020 kemarin.

Setiap hari, Dimas berangkat ke sekolah diantar ibunya. Dia lalu pulang dengan diantar wali kelasnya sampai di rumahnya.

Baca Juga: Gubernur Koster Minta Pers Sajikan Informasi Berkualitas di Era Keterbukaan Informasi

Kisah viralnya mengundang perhatian seorang, pria yang diketahui bernama Suparno Gusno, memberikan handphone kepada Dimas agar ia bisa belajar daring seperti teman-temannya.

Atas semangat belajar yang dimiliki Dimas di tengah pandemi Covid-19 untuk tetap belajar di tengah keterbatasannya meski sendirian, Gubernur Jawa TengahGanjar Pranowo mengacungkan jempol.

Baca Juga: Hari Anak Nasional, TVRI Gelar Program Belajar Bareng Dari Rumah

Di saat siswa lainnya belajar dengan sistem daring, Dimas sebaliknya, karena tidak punya handphone untuk belajar daring dia tetap semangat belajar secara tatap muka. Sendirian di dalam kelas bersama dengan seorang guru, yang dengan telaten membimbingnya belajar di tengah pendemi.

Kisah viralnya Dimas diacungi jempol oleh orang nomor satu di Jawa Tengah.

"Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan kesulitan siswa belajar dengan sistem daring. Maka, ketika ada kisah Dimas itu, para gurunya sangat keren," kata Ganjar di rumah dinasnya Jumat 24 Juli 2020.

Baca Juga: Ringkus Buronan Amerika, Kapolda Golose Turun Langsung Beri penjelasan

Bahkan Ganjar menyatakan bahwa cara belajar ke sekolah seperti Dimas itu cara yang benar.

"Guru punya kepedulian dengan mendatangi atau anaknya bisa diajari di sekolah. Saya lihat pihak sudah membantu. Tetapi kalau ada lagi yang lain yang sama dengan Dimas dan belum ada yang membantu, harus ada solusinya," terang Ganjar.

Menurut Ganjar, apa yang dilakukan Dimas dan gurunya itu adalah solusi untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan Ganjar menyebut, masih banyak guru yang punya kepedulian luar biasa dengan mendatangi siswanya ke rumah masing-masing untuk memberikan pelajaran.

Baca Juga: Diduga Kecelakaan Laut, 2 ABK Ditemukan Tewas Terapung

Meski demikian, ke depan pemerintah memang harus memperhatikan pola pembelajaran menggunakan sistem daring ini. Memang lanjut dia, harus ada syarat infrastruktur yang cukup seperti peralatan dan kuota untuk mendukung program itu.

"Daerah mesti menyiapkan. Kalau belum bisa, maka daerah harus menyiapkan model pembelajaran tatap muka dengan murid terbatas dan harus dengan protokol kesehatan ketat," ucapnya.

Gamjar meminta agar sekolah sekolah di Jawa Tengah (Jateng) tetap menggelar proses belajar mengajar tatap muka khusus untuk siswa yang tidak memiliki peralatan belajar daring di Jateng.

Baca Juga: Operasi Aman Nusa, Personil Polres Gianyar Lakukan Pendisiplinan Pedagang dan Pengunjung di Pasar Sa

"Boleh, ada sekolah tatap muka, syaratnya adalah siswanya dibatasi dan protokol kesehatan dijalankan ketat," terangnya.

Sekolah tatap muka hanya untuk warganya yang tidak mampu menyediakan fasilitas belajar daring dan maksimal hanya 10 anak.

"Kalau satu atau lima bahkan sepuluh siswa itu masih bisa. Semuanya harus dilakukan demi akses proses belajar mengajar agar anak bisa berjalan," pungkasnya.***(Agung Nugroho/pikiranrakyat.com)

Editor: I Ketut Subiksa

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler