Network
RINGTIMES BALI - Studi CDC Mengatakan Wanita Hamil Menghadapi Risiko Lebih Tinggi Penyakit Parah termasuk covid-19.
Eropa telah memasuki fase penguncian baru dalam upaya panik untuk menghentikan penyebaran virus. Pada rapat umum, Presiden Trump menyarankan agar dia memecat Dr. Anthony S. Fauci, pakar penyakit menular terkemuka AS, tetapi akan sangat sulit untuk melakukannya.
Pejabat kesehatan federal pada Senin menambahkan kehamilan ke daftar kondisi yang membuat orang dengan Covid-19 pada peningkatan risiko penyakit parah , termasuk peningkatan risiko kematian.
Baca Juga: Harga Emas Logam Mulia Antam Hari Ini, 3 November 2020 di Pegadaian
Meski sebagian besar wanita hamil yang terinfeksi virus Corona tidak sakit parah, peringatan baru ini didasarkan pada studi besar yang mengamati puluhan ribu wanita hamil yang memiliki gejala Covid-19.
Studi tersebut menemukan bahwa mereka secara signifikan lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif , untuk dihubungkan ke mesin bypass jantung-paru khusus, dan membutuhkan ventilasi mekanis daripada wanita tidak hamil pada usia yang sama yang memiliki gejala Covid-19.
Yang terpenting, wanita hamil menghadapi peningkatan risiko kematian 70 persen, jika dibandingkan dengan wanita tidak hamil yang bergejala.
Baca Juga: www.prakerja.go.id Login Untuk Daftar Kartu Prakerja Gelombang 11, Kuota Terbatas!
Studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memeriksa hasil dari 409.462 wanita bergejala berusia 15 hingga 44 tahun yang dinyatakan positif virus corona, 23.434 di antaranya sedang hamil.
“Kami sekarang mengatakan wanita hamil berada pada peningkatan risiko penyakit parah. Sebelumnya kami mengatakan mereka 'mungkin' pada peningkatan risiko penyakit parah, ”kata Sascha Ellington, seorang ilmuwan kesehatan CDC, dan salah satu penulis studi baru.
Namun, Dr. Ellington menekankan bahwa risiko keseluruhan dari komplikasi dan kematian adalah kecil.
Baca Juga: www.pln.co.id Login Untuk Klaim Token Listrik Gratis Untuk November 2020, Buruan Sekarang!
“Risiko absolut dari hasil yang parah ini rendah di antara wanita berusia 15 hingga 44 tahun, terlepas dari status kehamilannya, tetapi apa yang kami lihat adalah peningkatan risiko yang terkait dengan kehamilan,” katanya.
Studi sebelumnya tidak menemukan risiko kematian yang lebih tinggi di antara pasien Covid-19 yang hamil, tetapi pasien hamil dalam studi baru 1,7 kali lebih mungkin meninggal daripada pasien yang tidak hamil. Itu sama dengan angka kematian 1,5 per 1.000 kasus di antara wanita hamil bergejala, dibandingkan dengan 1,2 per 1.000 kasus wanita bergejala yang tidak hamil.
Baca Juga: Dituduh Lakukan Penyadapan Terhadap Timor Leste, Australia Bantah Lakukan Itu
Bahkan setelah penyesuaian dibuat untuk perbedaan usia, ras, etnis dan kondisi kesehatan yang mendasari seperti diabetes dan penyakit paru-paru, wanita hamil tiga kali lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif dibandingkan wanita tidak hamil dan 2,9 kali lebih mungkin untuk menerima perawatan mekanis. ventilasi.
Dr. Ellington menekankan pentingnya mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari infeksi, dengan mengatakan bahwa wanita hamil seharusnya tidak hanya memakai masker, mempraktikkan jarak sosial dan sering mencuci tangan, tetapi juga membatasi interaksi untuk menghindari orang yang mungkin terpapar.
Baca Juga: Setelah Diculik, Akhirnya Anak-Anak Timor Leste Kembali Ke Negaranya
“Wanita hamil harus diberi konseling tentang pentingnya mencari perawatan medis segera jika mereka memiliki gejala,” tulis para penulis yang dikutip dari nytimes.
Sebuah studi yang lebih kecil, juga dirilis Senin dari CDC, melaporkan bahwa wanita yang dites positif terkena virus corona berisiko lebih tinggi melahirkan bayi mereka secara prematur, menemukan bahwa 12,9 persen kelahiran hidup di antara sampel 3.912 wanita adalah kelahiran prematur, dibandingkan dengan 10,2 persen pada populasi umum.
Baca Juga: Login cekbansos.siks.kemsos.go.id Untuk Cek Daftar Penerima Bansos BST Rp500 Ribu Per KK Non PKH
Sampel tersebut tidak mewakili secara nasional, tetapi temuan tersebut menggemakan laporan sebelumnya yang memperingatkan risiko yang lebih tinggi untuk kelahiran prematur.***
