Sedangkan, overthinking merupakan aktivitas berpikir berlebihan sehingga memicu masalah tertentu.
“Overthinking terjadi apabila sudah memikirkan semuanya, lalu kita masih berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan didapat, semisal bagaimana jika menunya ternyata kurang enak,” tambahnya.
Baca Juga: 5 Kesalahan Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak, Cegah Sebelum Terlambat
Untuk membedakan kedua situasi tersebut, dr. Andreas menyarankan penyintas untuk bertanya kepada diri sendiri terkait bagaimana menyelesaikan pemikiran-pemikiran tersebut.
“Kalau ada sesuatu yang bisa kamu lakukan, berarti sifatnya masih antisipatorik, itu tidak masalah,” ungkapnya.
Mengapa manusia berperilaku overthinking?
Dr. Andreas mengaitkan konsep overthinking dengan filosofi stoicism (stoikisme) yang membahas dua opsi situasi kehidupan: di dalam kendali dan tidak.
Baca Juga: 3 Tanda Orang Punya Mental Lemah, Salah Satunya Mudah Tersinggung
“Tugas kita sebagai manusia adalah fokus mengubah hal yang masih dapat dikendalikan dan menerima hal-hal yang di luar kendali,” ungkapnya.
Dr.Andreas mengasumsikan overthinking sebagai kondisi manusia yang memiliki perspektif kurang tepat mengenai konsep tersebut.