Stres Rambut Rontok, Awas Gejala Covid-19, Simak Informasinya Disini

8 Agustus 2020, 19:23 WIB
Ilustrasi./*pixabay /

RINGTIMES BALI - Apa hubungannya antara Covid-19 dan rambut rontok karena virus SARS-CoV-2 menyebabkan penyakit pernapasan. Tetapi, faktanya, beberapa orang pulih dari COVID-19 mengakui mengalami kerontokan rambut.

Menurut Dr. Esther Freeman yang bertanggung jawab dalam Dermatology Covid-19 Registry, database manifestasi dermatologis Covid-19 yang berisi 1.000 kasus dari 38 negara, semakin banyak orang yang pulih dari Covid-19 melaporkan rambut rontok.

Kerontokan rambut ini tidak mengherankan menurut ahli penyakit menular Amesh A. Adalja, MD, yang juga peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security di Maryland, Amerika Serikat. Dia menyebut ini mekanisme telogen effluvium.

Baca Juga: Obat Covid Belum Ditemukan, Jangan Tanya Kapan Pandemi Berakhir?

“Setelah mengalami stres fisiologis, ada kondisi yang berdampak pada siklus pertumbuhan folikel rambut. Ini disebut telogen effluvium, dan dapat dilihat juga setelah seseorang terkena penyakit lain termasuk malaria dan tuberkulosis," kata Adalja.

Telogen effluvium biasanya bermanifestasi sekitar tiga bulan setelah kejadian yang membuat stres, dan baik pria maupun wanita dapat terpengaruh.

Ahli dermatologi Angelo Landriscina, MD, mengatakan kepada Health, jenis kerontokan rambut ini dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, tidak hanya penyakit parah tetapi juga pemicu stres psikologis yang serius, seperti kehilangan orang yang dicintai.

Baca Juga: Covid-19 Mirip Flu Spanyol 1918, Ini Penjelasannya

“Kami tidak membicarakan stres harian yang biasa di sini,” kata dia seperti dikutip Ringtimesbali.com dari situs ANTARA melalui Health, Sabtu 8 Agustus 2020.

Untuk memahami telogen effluvium, ada baiknya memahami siklus pertumbuhan rambut.

“Pada waktu tertentu, 85-90 persen rambut berada dalam fase yang disebut anagen atau fase pertumbuhan. Sedangkan 1-2 persen berada dalam fase transisi yang disebut catagen. Hingga 10 persen rambut berada dalam fase telogen atau fase istirahat, yaitu fase di mana rambut biasanya rontok," ujar Landriscina.

Baca Juga: Kenali Gejala Sebenarnya dari Covid-19 yang Diungkap Oleh Para Ahli

Memasuki fase telogen effluvium, sejumlah rambut biasanya bergerak ke fase telogen dan rontok.

American Academy of Dermatology (AAD) menyatakan, kehilangan 50 hingga 100 rambut sehari hal yang biasa. Namun kehilangan secara signifikan lebih dari ini dianggap berlebihan, dan menghasilkan diagnosis telogen effluvium.

Meskipun tidak ada bukti mekanisme khusus Covid-19 memicu kerontokan rambut, penyakit serius apa pun dapat menyebabkan telogen effluvium dan Covid-19 pasti termasuk dalam kategori itu.

Baca Juga: Covid-19 Gelombang kedua, Anak Muda Lebih Berisiko terserang virus

“Covid-19 jelas menyebabkan banyak dari Anda stres, dan bukan hanya stres fisiologis pada tubuh akibat infeksi. Pandemi telah menyebabkan banyak jenis stres di luar penyakit, seperti tekanan finansial, kematian orang yang dicintai, dan masalah terkait perawatan anak," kata Kristen Lo Sicco, asisten profesor dermatologi di NYU Langone Health.

Menurut Adalja, biasanya telogen effluvium bertahan hingga enam bulan. Seseorang yang mengalami kerontokan rambut akibat stres akan mulai melihat rambut mereka secara bertahap kembali normal saat rambut baru tumbuh. Kesabaran diperlukan di sini.***

Editor: Triwidiyanti Prasetiyo

Sumber: Permenpan RB Health

Tags

Terkini

Terpopuler