Cara Penanganan Perilaku Overthinking Menurut dr. Andreas Kurniawan

7 Maret 2021, 18:15 WIB
Berikut cara penanganan overthinking menurut dr Andreas Kurniawan. /youtube.com/Adjie SantosoputroTV

RINGTIMES BALI – Di masa pandemi, dr. Andreas Kurniawan, SpKJ menyatakan bahwa tubuh manusia lebih berpotensi merasa cemas, panik, insecure, hingga perasaan overthinking. 

Selain insecure, overthinking merupakan perasaan yang umum dialami kalangan netizen.

Dilansir Ringtimesbali.com dari kanal Youtube Hujan Tanda Tanya, data Universitas Michigan menyebutkan bahwa 52 persen penyintas overthinking ada di usia 45–55 tahun dan 73 persen di kategori 25–35 tahun.

 Baca Juga: 3 Penyebab Gangguan Mental Yang Jarang Disadari

Dalam segmen Obrolan Sehat Mental (OSeM) pada Instagram live @dr.ndraemon dan dipandu @adjiesantosoputro, dr. Andreas membahas topik terkait overthinking.

Apa yang dimaksud dengan overthinking?

dr. Andreas mengemukakan bahwa thinking (berpikir) adalah aktivitas yang dilakukan makhluk hidup untuk mengantisipasi situasi, guna mendapatkan problem solving dalam pemenuhan kebutuhan.

 Baca Juga: 14 Tanda Orang Mengidap Gangguan Mental Yang Kerap di Sepelekan

“Bayangkan akan membuat acara di rumah, tentunya kita perlu memikirkan manajemen dana pengeluaran beserta rincian lainnya,” ujarnya.

Sedangkan, overthinking merupakan aktivitas berpikir berlebihan sehingga memicu masalah tertentu.

“Overthinking terjadi apabila sudah memikirkan semuanya, lalu kita masih berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan didapat, semisal bagaimana jika menunya ternyata kurang enak,” tambahnya.

 Baca Juga: 5 Kesalahan Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak, Cegah Sebelum Terlambat

Untuk membedakan kedua situasi tersebut, dr. Andreas menyarankan penyintas untuk bertanya kepada diri sendiri terkait bagaimana menyelesaikan pemikiran-pemikiran tersebut.

“Kalau ada sesuatu yang bisa kamu lakukan, berarti sifatnya masih antisipatorik, itu tidak masalah,” ungkapnya.

Mengapa manusia berperilaku overthinking?

Dr. Andreas mengaitkan konsep overthinking dengan filosofi stoicism (stoikisme) yang membahas dua opsi situasi kehidupan: di dalam kendali dan tidak.

Baca Juga: 3 Tanda Orang Punya Mental Lemah, Salah Satunya Mudah Tersinggung

“Tugas kita sebagai manusia adalah fokus mengubah hal yang masih dapat dikendalikan dan menerima hal-hal yang di luar kendali,” ungkapnya.

Dr.Andreas mengasumsikan overthinking sebagai kondisi manusia yang memiliki perspektif kurang tepat mengenai konsep tersebut.

“Misalnya, hal ini bisa dikendalikan dan diubah, tapi kita tidak melakukan apapun, alhasil terus-menerus kepikiran,” ujarnya.

Baca Juga: Lingkungan Kerja dan Pendidikan Bisa Menjadi Titik Awal Masalah Kesehatan Mental

“Atau sebaliknya, hal ini sebenarnya di luar kendali, namun kita tetap berusaha keras mengubahnya sesuai ekspektasi,” tambahnya.

Kabarnya, konsep merasa cukup (feeling enough) juga penting dalam meminimalisir overthinking.

“Konsep ini berkaitan erat dengan rasa syukur, karena akan selalu ada yang lebih baik dari kita ketika berproses,” papar dr. Andreas. 

Baca Juga: Kesehatan Mental Remaja Terganggu, Pandemi Berlanjut Bisa Memunculkan Kecemasan dan Kesepian

“Ketika banyak orang berlomba menjadi luar biasa, kita justru luar biasa dengan belajar menjadi manusia biasa,” tambah Adjie.

Apa perilaku overthinking yang terjadi di masa pandemi?

Dr. Andreas menyatakan bahwa overthinking berkaitan dengan masa depan, seperti karir dan hubungan.

Perlu diingat bahwa ketika seseorang tidak bisa mengubah lingkungan, yang dapat dilakukan adalah mengubah respon terhadap situasi tersebut.

Baca Juga: Daftar Olahraga Terbaik untuk Kesehatan Mental, Terjun Payung Paling Ekstrem

“Pada dua bulan pertama Pandemi, saya merasa overthinking karena was-was menerima konsultasi pasien di Rumah Sakit, tentunya itu berdampak pada penghasilan,” ungkap dr. Andreas.

“Akhirnya, saya memutuskan untuk mengubah respon dengan mencari alternatif penghasilan lain, salah satunya personal branding melalui kegiatan seminar online,” tambahnya.

Dokumentasi Obrolah Sehat Mental (OSeM) ini ditayangkan ulang pada kanal Youtube Adjie SantosoputroTV.

 Baca Juga: 5 Ciri Orang Punya Mental Kuat, Salah Satunya Mengakui Kesalahan

Pada akhir sesi, Adjie menghimbau penyintas overthinking untuk tidak ragu mencari pertolongan medis profesional (psikolog maupun psikiater) apabila gejala tersebut telah mengganggu aktivitas keseharian.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler