Virus Nipah Dengan Tingkat Kematian 75 Persen, Berpotensi Jadi Pandemi Baru

1 Februari 2021, 07:45 WIB
Virus nipah sebabkan kematian hingga 75 persen dan berpotensi menjadi pandemi baru /Unsplash.com/Viktor Forgacs


RINGTIMES BALI -
Wabah virus Nipah dapat menyebabkan kematian hingga 75 persen, berpotensi menjadi risiko pandemi besar berikutnya.

Namun perusahaan farmasi raksasa tidak siap sementara saat ini karena masih memfokuskan covid-19, menurut laporan Access to Medicine Foundation.

“Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar. Nipah bisa meledak kapan saja."

Baca Juga: Virus Nipah Diprediksi Jadi Wabah Baru, Sudah Ada Sejak Lama dan Belum Ada Obatnya

Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resistan terhadap obat,” kata Jayasree K Iyer, direktur eksekutif Access to Medicine Foundation yang berbasis di Belanda, yang dikutip dari The Guardian.

Virus ini langka dan disebarkan oleh kelelawar buah, yang dapat menyebabkan gejala mirip flu dan kerusakan otak. Ini dapat menyebabkan ensefalitis, atau radang otak, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. 

Sebelumnya wabah virus Nipah di India bagian selatan negara Kerala tahun 2018 diklaim menghilangkan 17 nyawa.

Baca Juga: 3 Cara Mencegah Penularan Virus Nipah, Lakukan Sebelum Jadi Wabah Baru

Pada saat itu, negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk sementara waktu melarang impor buah dan sayuran beku dan olahan dari Kerala sebagai akibat dari wabah di sana.

Saat itu, pejabat kesehatan percaya bahwa wabah Nipah di Bangladesh dan India mungkin terkait dengan minum jus kurma.

Laporan Access to Medicine Index 2021 melihat tindakan dari 20 perusahaan farmasi terkemuka di dunia untuk membuat obat, vaksin, dan diagnostik lebih mudah diakses.

Baca Juga: Virus Nipah Berpotensi Jadi Wabah Baru, Sebabkan Penyakit Parah hingga Kematian

Ditemukan bahwa penelitian dan pengembangan untuk covid-19 telah meningkat dalam setahun terakhir, tetapi risiko pandemi lainnya sejauh ini belum tertangani.

“Indeks ini disiapkan selama krisis kesehatan masyarakat terburuk dalam satu abad  yang telah mengungkapkan ketidaksetaraan kronis akses ke obat-obatan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Namun, setelah bertahun-tahun mendorong perencanaan akses, kami sekarang melihat pergeseran strategis ke arah ini," Kata Iyer yang dikutip dari Al arabiya.

Baca Juga: 3 Cara Mencegah Penularan Virus Nipah, Lakukan Sebelum Jadi Wabah Baru

"Ini secara radikal dapat mengubah seberapa cepat akses ke produk baru dicapai - jika kepemimpinan perusahaan bertekad untuk memastikan orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak berada di antrean terakhir," lanjutnya.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: The Guardian Al Arabiya

Tags

Terkini

Terpopuler